Sunday, September 21, 2025
HomeGaya HidupSiasat Menjegal Trauma Pascabencana

Siasat Menjegal Trauma Pascabencana

Mengatasi Trauma Pasca Bencana: Peran Dukungan Psikososial dan Relawan

Trauma, sebuah kondisi psikologis yang sering melanda korban atau penyintas bencana, bisa memiliki dampak yang beragam pada setiap individu. Meskipun tidak semua orang mengalami fase trauma pasca bencana, bagi mereka yang mengalaminya, proses penyembuhan bisa menjadi perjalanan yang panjang dan berat. Dalam konteks ini, dua kisah penyintas bencana, Upi (21 tahun) dari Gunung Merapi dan Aris (27 tahun) dari Aceh, memberikan gambaran tentang bagaimana mereka menghadapi dan mengatasi trauma pasca bencana.

### Upi: Meredam Waswas di Balik Suara Merapi

Upi, yang mengalami letusan Gunung Merapi pada 2010, masih merasakan ketakutan dan kecemasan setiap kali Gunung Merapi meningkat aktivitasnya. Meski telah pindah ke rumah baru yang berjarak sekitar 10 km dari Merapi, kenangan akan evakuasi dan kepanikan masa kecilnya masih menghantui. Meskipun merasakan rasa panik saat terjadi letusan lagi, Upi berhasil menjalani kehidupannya sehari-hari dengan relatif normal. Meski begitu, rasa takut dan cemas tetap menjadi bagian dari kehidupannya.

### Aris: Mengatasi Trauma Panjang Pasca Tsunami Aceh

Berbeda dengan Upi, Aris mengalami bencana gempa dan tsunami Aceh tahun 2004 saat masih kecil. Pengalaman sulit dan panjang bersama trauma yang ia hadapi membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih. Dukungan psikologis dan pendampingan dari berbagai relawan membantu Aris mengatasi ketakutannya, terutama terkait dengan gelombang laut. Meskipun telah kembali berdamai dengan laut, masih ada gejala traumatik terkait dengan ketinggian yang belum hilang sepenuhnya.

### Trauma Pasca Bencana: Normal atau Tidak?

Menurut Wahyu Cahyono, seorang praktisi psikologi kebencanaan, dampak psikologis pasca bencana adalah respons yang wajar dalam situasi yang tidak normal. Wajar jika korban merasa linglung, panik, atau murung setelah kehilangan rutinitas, harta benda, atau orang-orang terdekat. Resiliensi yang baik dan dukungan komunitas dapat membantu banyak penyintas pulih dari fase stres sesaat. Meski istilah “trauma” sering digunakan, Wahyu menekankan bahwa tidak semua penyintas mengalami fase trauma, dan istilah tersebut seharusnya digunakan dengan hati-hati.

### Peran Dukungan Psikososial dan Relawan

Dukungan psikososial, atau pendampingan psikologis awal, memainkan peran kunci dalam membantu korban bencana mengelola dampak psikologis mereka. Dukungan ini dapat berasal dari dalam komunitas atau melalui relawan yang terlibat dalam kegiatan psikososial. Relawan, meskipun tidak selalu memiliki latar belakang psikologis, mampu memberikan dukungan emosional melalui kegiatan bermain, cerita, dan pembekalan nilai-nilai sosial.

Organisasi seperti Grandma’s Foundation memberikan contoh nyata bagaimana relawan tidak hanya memberikan dukungan psikososial, tetapi juga menjadi mediator antara korban bencana dan pemerintah. Dengan melibatkan warga dalam dialog tentang perasaan dan aspirasi mereka, organisasi ini menciptakan ruang interaksi yang mempromosikan pemulihan psikologis.

### Kesimpulan

Mengatasi trauma pasca bencana membutuhkan pendekatan yang holistik dan melibatkan komunitas serta relawan. Dukungan psikososial yang diberikan melalui kegiatan positif dan mendukung dapat membantu penyintas pulih dari fase stres. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang peran relawan dan dukungan psikososial, kita dapat membantu mereka yang terkena dampak bencana untuk pulih secara fisik dan mental, membangun kembali hidup mereka, dan menjadi lebih tangguh di masa depan.

Source link

BERITA TERKAIT

berita populer