Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komaruddin, menegaskan bahwa tidak ada satu pihak pun yang bisa memprediksi putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang akan diumumkan pada tanggal 22 April 2024. Menurut Ujang, jika ada komentar mengenai hal tersebut, terutama terkait sengketa Pilpres, maka hal tersebut harus dikategorikan sebagai spekulasi semata.
“Kita tidak bisa meramalkan putusan hakim, karena prediksi kita semua akan menjadi spekulatif karena keputusan tersebut hanya ada di tangan hakim,” ujar Ujang saat dihubungi oleh Liputan6.com.
Ujang menilai bahwa apapun keputusan yang diambil oleh hakim, baik itu ditolak atau diterima, merupakan wewenang hakim dan hanya Tuhanlah yang tahu prosesnya. Oleh karena itu, dalam konteks sengketa Pilpres 2024, jika akhirnya permohonan dari para pemohon, baik kubu Anies-Muhaimin (AMIN) maupun Ganjar-Mahfud, tidak diterima, maka hal tersebut adalah konsekuensi dari perjalanan proses demokrasi.
“Jika keputusannya demikian, itu adalah bagian dari demokrasi, karena semua pihak telah melakukan segala upaya dalam konteks mengikuti jalur demokrasi, termasuk sengketa pemilu di MK,” jelas Ujang.
Menurut Ujang, proses selanjutnya adalah menunggu pelantikan resmi pemenang, yakni Prabowo-Gibran, pada bulan Oktober 2024. Ujang yang juga merupakan Direktur Eksekutif Indonesia Political Review yakin bahwa masyarakat Indonesia sudah cukup dewasa dan proses ini akan berjalan dengan aman dan terkendali.
“Saya yakin situasi akan tetap kondusif dan aman, karena masyarakat Indonesia telah dewasa dalam hal demokrasi dan proses ini harus dihormati karena keadilan yang diberikan oleh MK. Mari kita bersatu, apapun keputusannya harus dihormati,” tegas Ujang.