Monday, September 23, 2024
HomePrabowoCSIS Konfirmasi Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka Menang Satu Putaran di Quick Count:...

CSIS Konfirmasi Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka Menang Satu Putaran di Quick Count: Demokrasi Masih Pilihan Terbaik

Jakarta – Hasil Pemilu 2024 versi quick count beberapa lembaga menunjukkan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka sebagai pemenang. Centre for Strategic and International Studies (CSIS) bahkan memastikan kemenangan tersebut dapat diraih dalam sekali putaran.

Ketua Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes menganalisis bahwa kemenangan itu sebetulnya sudah diprediksi jika melihat dari tren elektabilitas Prabowo-Gibran yang terus meningkat menjelang Pemilu 2024. Ia juga menyebut keunggulan pasangan tersebut terlihat dari hasil quick count yang dirilis oleh beberapa lembaga survei.

“Hasil quick count (QC) beberapa lembaga survei mengonfirmasi kemenangan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka sekitar 57-58 persen,” kata Arya melalui keterangan resmi pada Rabu (21/2).

Selain memenangkan Pilpres, Arya juga menyebut bahwa angka kemenangan Prabowo-Gibran merupakan yang tertinggi yang pernah dicapai oleh calon presiden-wakil presiden di era sebelumnya.

“Dengan angka tersebut, hampir dapat dipastikan pemilihan presiden akan berlangsung dalam satu putaran. Rekor ini berhasil memecahkan rekor Presiden Joko Widodo sebesar 55,50 pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019,” jelas Arya.

Berdasarkan estimasi perolehan suara dari quick count yang dilakukan bersama Cyrus Network (CN), suara untuk Prabowo-Gibran hampir memimpin di seluruh wilayah Indonesia. Dukungan untuk pasangan calon yang didukung Koalisi Indonesia Maju jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pasangan calon lainnya. Arya menyatakan bahwa capaian tersebut sudah memenuhi syarat kemenangan dalam Pilpres sebagaimana diatur dalam Pasal 6 (3) Undang-Undang Dasar 1945.

“Menurut pasal tersebut, ‘Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang memperoleh suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan minimal dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, akan dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden’,” paparnya.

Lebih lanjut, Arya juga menjelaskan bahwa kemenangan Prabowo-Gibran dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah angka split-ticket voting yang terjadi di kalangan pendukung partai koalisi Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud.

“Kondisi ini tentu menguntungkan Prabowo. Ia tidak hanya mendapatkan suara dari basis partai pendukungnya, tetapi juga suara dari partai koalisi lainnya,” ucap Arya.

Faktor lain yang turut menyumbang kemenangan Prabowo-Gibran adalah persepsi positif masyarakat terhadap kinerja pemerintah dan situasi ekonomi yang dinilai kunjungan. Arya menjelaskan bahwa masyarakat melihat hal tersebut dari peningkatan alokasi anggaran program bantuan sosial. Berdasarkan survei yang dilakukan CSIS pada Desember 2023, sebanyak 86,1 persen percaya pada Presiden.

“Kemenangan Prabowo-Gibran juga dapat dilihat dari perubahan strategi tim kampanye yang menyasar kampanye di platform TikTok serta keterlibatan influencer berpengaruh dalam tim kampanye nasional. Konten-konten Prabwo yang direproduksi di TikTok hampir selalu menjadi viral dan ditonton oleh puluhan juta orang,” tambah Arya.

Meskipun demikian, Arya menyebut bahwa potensi kemenangan Prabowo-Gibran sebenarnya sudah terdeteksi sejak awal. Terutama bila merujuk pada hasil survei yang signifikan sejak November 2023. Ia menekankan bahwa peta elektoral yang dinamis menjelang pemilu membuat tim dari pasangan calon lain harus berpikir strategis dan menekankan narasi pemilu berlanjut ke putaran kedua.

“Dengan selisih suara yang tinggi, menjadi sangat sulit bagi Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Moh. Mahfud MD untuk mengejar suara Prabowo-Gibran yang terus meningkat. Satu-satunya kemungkinan adalah ‘memaksa’ pemilu presiden berlangsung dalam dua putaran,” jelas Arya.

CSIS, lanjut Arya, menganalisis bahwa dalam upaya memenangkan hati pemilih, pasangan 01 dan 03 juga melancarkan strategi yang berbeda menjelang akhir masa kampanye.

“Untuk mempengaruhi sikap pemilih di akhir masa kampanye, Anies Baswedan memilih untuk meredakan ‘serangan’ pada debat pamungkas calon presiden. Sebaliknya, Ganjar justru semakin agresif dalam menyerang,” ujarnya.

Terakhir, Arya bersama CSIS mencatat bahwa Pemilu 2024 adalah puncak dari proses demokrasi yang telah berlangsung sejak reformasi 1998. Artinya, setelah periode tersebut, Indonesia telah menggelar enam kali pemilu. Ia melihat bahwa demokrasi masih menjadi pilihan terbaik bagi Indonesia dalam menghadapi tantangan nasional dan global di masa mendatang.

“Dalam setiap pemilu, kita menyaksikan perubahan kekuasaan secara cepat. Perubahan politik datang dengan cepat, sehingga kita harus beradaptasi dengan cepat pula. Meskipun demikian, demokrasi tetap menjadi pilihan terbaik bagi kita setiap saat,” katanya.

“Kita membutuhkan seorang pemimpin yang demokratis untuk memimpin lebih dari 270 juta penduduk di negara ini, menghadapi tantangan domestik dan global yang semakin berat di tahun ini dan masa depan. Kita membutuhkan kabinet yang kompeten dan berpengalaman,” pungkas Arya. (SENOPATI)

Source link

BERITA TERKAIT

berita populer