Kemenangan Susy Susanti pada 4 Agustus 1992 menjadi momen yang sangat emosional dan bersejarah. Saat lagu “Indonesia Raya” berkumandang dan bendera Merah Putih dikibarkan, Susy tak kuasa menahan tangis haru. Medali emas ini adalah yang pertama bagi Indonesia sepanjang sejarah keikutsertaan di Olimpiade, setelah 40 tahun sejak pertama kali berpartisipasi pada Olimpiade Helsinki 1952. Tidak lama setelah kemenangan Susy, Alan Budikusuma ‘tertular’ mendapatkan medali emas di nomor tunggal putra menyusul kemenangan atas sesama wakil Indonesia, Ardy B. Wiranata. Kedua kemenangan ini menjadikan Susy dan Alan dijuluki pasangan emas Olimpiade yang sekaligus membuka tradisi medali cabor bulu tangkis Indonesia. Hingga Paris 2024, badminton masih menjadi salah satu penyumbang prestasi dalam ajang olahraga multievent terakbar dunia, meski lewat raihan perunggu dari Gregoria Mariska Tunjung di nomor tunggal putri. Di sisi lain, Susy Susanti tidak hanya membawa kebanggaan bagi bangsa, tetapi juga mengukuhkan namanya sebagai legenda bulu tangkis Indonesia. Tahun 1990-an secara keseluruhan menjadi era keemasan bagi bulu tangkis Indonesia, dengan banyak atlet yang meraih prestasi gemilang. Warisan semangat juang dan mental juara yang ditunjukkan oleh Susy Susanti dan atlet lainnya terus menginspirasi atlet-atlet Indonesia hingga kini, termasuk dalam peringatan Haornas 2025.