Generasi Z merupakan lulusan perguruan tinggi yang menghadapi kendala dalam memasuki dunia kerja. Menurut survei terbaru General Assembly, lebih dari seperempat eksekutif mengungkapkan ketidaksediaan mereka untuk merekrut fresh graduate saat ini. Hal ini tidak disebabkan oleh ketidakmampuan mereka dalam hal tugas teknis, namun lebih pada kurangnya keterampilan interpersonal atau soft skills yang diperlukan.
Keterampilan soft skills yang dimaksud meliputi kemampuan komunikasi, pemecahan masalah, kreativitas, kolaborasi, adaptabilitas, dan penyelesaian konflik. Keterampilan ini umumnya diperoleh melalui pengalaman langsung dan sangat penting untuk kesuksesan karier. Menurut laporan dari Strada Institute for the Future of Work dan Burning Glass Institute, lebih dari separuh lulusan S1 di AS mengalami underemployment tahun setelah lulus, yang juga membebani manajer dengan adanya PHK di level manajemen menengah.
Pandemi turut menjadi faktor utama dalam mempersulit pencapaian tujuan pendidikan atau karier bagi pekerja Gen Z, menurut laporan Gartner. Selama pandemi, banyak dari mereka harus bersekolah secara daring, yang mengakibatkan kehilangan kesempatan untuk membangun keterampilan sosial yang diperlukan di dunia kerja. Keterampilan teknis tentu masih penting, tetapi tanpa soft skills, seorang pekerja akan menghadapi kesulitan dalam berkoordinasi dan berkomunikasi di lingkungan kerja.
Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan perlu memberikan pelatihan khusus untuk memperkuat soft skills para pekerja Gen Z. Banyak perusahaan sudah mulai menawarkan kelas-kelas soft skills, yang dinilai sukses. Penguatan soft skills sebaiknya dimulai sejak sebelum lulus kuliah, dengan kurikulum pendidikan yang menekankan kompetensi-kompetensi seperti berpikir kritis, pemecahan masalah, kolaborasi, dan komunikasi efektif. Sejumlah kampus di AS juga telah menghadirkan program khusus untuk mengajarkan kemampuan komunikasi dan kepemimpinan kepada mahasiswa.
Keseluruhan, perusahaan tidak boleh menyalahkan Gen Z atas kurangnya keterampilan, melainkan generasi sebelumnya harus bertanggung jawab untuk mempersiapkan mereka melalui pelatihan di tempat kerja, mentoring, dan program pembelajaran yang fokus pada penguatan soft skills. Langkah-langkah seperti ini diharapkan dapat membantu mengurangi kesenjangan keterampilan dan memberikan kesempatan yang lebih baik bagi para lulusan baru dalam dunia kerja.