MAKASSAR, RAKYATSULSEL – Upaya sejumlah partai politik untuk menghadirkan satu pasangan lagi dalam pemilihan gubernur Sulawesi Selatan hampir pasti akan terwujud. Meski begitu, pasangan yang diusung yakni Danny Pomanto dan Azhar Arsyad masih harus berjuang keras untuk lolos dari ‘lubang jarum’.
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebagai salah satu penentu dalam menghadirkan poros baru masih rawan ‘diganggu’. Sebab, mesin operasi untuk menghadirkan kandidat tunggal untuk melawan kolom kosong masih sangat gencar bekerja.
Pasangan Danny Pomanto-Azhar Arsyad terus di bawah bayang-bayang ‘begal’ partai menjelang pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum. Padahal, keduanya belum cukup sepekan bernapas lega seusai mengantongi rekomendasi dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Tiket Danny-Azhar untuk head to head dengan Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi, sejatinya, sudah cukup. Koalisi PKB, PPP, dan PDIP punya dukungan 22 kursi. Namun, operasi untuk menggagalkan pasangan ini terus berlanjut. Sejumlah pihak berupaya untuk memindahkan dukungan PPP untuk hengkang dari koalisi bersama PKB-PDIP.
Wakil Ketua Umum PPP, Amir Uskara tak menampik mengenai adanya gerakan tersebut. Menurut dia, tak menutup kemungkinan semua cara dilakukan oleh pihak lain untuk mendapatkan rekomendasi untuk maju di Pilgub Sulsel, 27 November nanti.
“Hampir semua calon pasti akan berupaya bagaimana pun cara. Kami pun tak bisa menghalang-halangi orang untuk berusaha,” kata Amir, Minggu (3/8/2024).
Mengenai sikap PPP, menurut Amir, telah disampaikan kepada pengurus di Sulawesi Selatan untuk tidak memilih ‘diam’. Amir mengatakan, urusan Pilgub Sulsel merupakan kewenangan pengurus pusat di Jakarta.
“Jangan ‘ganggu’ Pilgub Sulsel karena itu urusan Jakarta. Kalau yang lain boleh,” imbuh Amir.
Lebih jauh Amir mengatakan, hingga saat ini sikap PPP belum berubah dari dukungan terhadap Danny Pomanto, meski pengurus pusat baru menerbitkan surat tugas. Amir mengatakan, pengurus pusat belum mengeluarkan rekomendasi resmi yang akan diserahkan ke KPU untuk mendaftar.
Dai meyakinkan bahwa dukungan PPP belum beralih ke kandidat lain dan tetap konsisten akan mengusung Danny Pomanto.
“Yang jelas PPP tetap komitmen mendukung Danny di Pilgub. Sudah ada surat tugas. Dan, sebelum pendaftaran dilakukan akan ada rekomendasi pasangan untuk mereka bawa ke KPU,” kata Amir.
Amir tak secara spesifik menanggapi operasi bajak partai dari pihak lain. Dia mengatakan, sampai saat ini, belum ada perubahan dukungan selain Danny Pomanto.
“Tidak ada perubahan, namun dari pihak kami (PPP) belum menentukan nama wakil,” ucap dia.
Amir juga menanggapi tentang rekomendasi PKB yang mengusulkan Azhar Arsyad mendampingi Danny Pomanto. Dia mengatakan, secara pribadi menilai pasangan tersebut sudah lumayan dari sisi geopolitik. Selain itu, kata dia, keduanya cukup bagus dan saling menutupi bila melihat dinamika politik saat ini.
“Saya kira komunikasi dengan Danny lancar-lancar dari dulu. Dan, sebelum Azhar ditetapkan, saya lebih dulu dekat dengan Danny,” ujar Amir.
Pengamat politik di Makassar, Ramli Rahim mengatakan segala kemungkinan masih terbuka lebar terjadi menuju jadwal pendaftaran di KPU. Menurut dia, dalam dua-tiga pekan ke depan akan menjadi penentu bagi kandidat dan partai politik untuk menciptakan konfigurasi kontestasi.
“Apakah akan ada tiga pasang, dua, atau justru hanya satu pasangan calon yang berhadapan dengan kolom kosong,” kata Ramli.
Dia mengatakan, bukan hanya kandidat yang belum memiliki rekomendasi yang perlu meningkatkan daya tarik, tapi mereka yang sudah punya rekomendasi pun masih harus meningkatkan daya tarik dan memastikan daya dorong parpol pengusung agar tidak kendur.
Eks Juru Bicara Anies Baswedan di Pilpres 2024 itu mengatakan, koalisi pengusung Danny Pomanto sangat rapuh. Alasannya, bila salah satu dari PPP, PDIP, dan PKB tertarik pada kandidat lain, maka pencalonan Danny terancam batal.
“Terlebih dalam politik, tak ada kawan abadi karena yang abadi hanya kepentingan. Bahkan masih terbuka ruang bagi mereka yang kartunya sudah mati untuk hidup kembali,” kata dia.
Menurut Ramli, jangankan hanya rekomendasi apalagi hanya surat tugas, B1 KWK pun masih bisa bermasalah. Bila partai menerbitkan dua atau lebih B1 KWK maka keabsahannya akan kembali ke partai politik.
“Untuk itu, kandidat harus memastikan daya tariknya tetap terjaga terutama terkait manuver politik, pemenuhan janji-janji kepada parpol hingga potensi keterpilihan,” imbah Ramli.
Tidak hanya itu, lanjut Ramli, kandidat juga harus menjaga keadaan dimana menguat dan melemahnya daya dorong parpol dengan terus melakukan lobi politik. Khususnya, kata dia, mencermati konstelasi politik nasional yang bisa berubah secara mendadak. Ada adagium dalam politik sekarang semua ditentukan langit dan langit tak peduli apa yang terjadi di bumi.
“Konstelasi politik di level elite bisa berubah drastis dan mengguncang konstelasi di level daerah. Dukungan parpol bisa terdorong ke kandidat lain secara mendadak dan itu menjadi bagian dari kondisi politik kekinian,” ucap dia.
Bagi Ramli, situasi politik Pilgub Sulsel saat ini semakin menarik untuk dinantikan jelang pendaftaran pasangan calon di KPU.
Apakah Ramdhan Pomanto yang santer dikabarkan berpasangan dengan Azhar Arsyad mampu mempertahankan tiga parpol utamanya, atau muncul calon baru nanti.
Atau justru yang terjadi adalah Sudirman-Fatmawati terpaksa melawan kolom kosong. Jika kemudian ternyata pasangan ini
hanya melawan kotak kosong, maka itu bukan hanya karena daya tarik pasangan itu.
“Tapi boleh jadi karena dorongan parpol untuk terus bertahan pada kandidat lain yang melemah,” imbuh Ramli.
Sebelumnya, pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Makassar, Andi Luhur Prianto menyatakan Danny Pomanto telah membuat satu langkah penting di Pilgub Sulsel. Setidaknya, kata dia, Danny bisa mencegah terjadinya kolom kosong akibat upaya borong partai dari kubu Sudirman-Fatmawati.
“Secara substantif, penyerahan surat rekomendasi dari PKB bisa mencukupkan terbentuknya poros baru,” kata Luhur.
Dia mengatakan, hadirnya figur lain yang dapat mengantongi tiket, akan menjadikan Pilgub Sulsel lebih kompetitif. Calon pemilih akan punya ruang atau pilihan alternatif di arena kontestasi di tingkat lokal. Syaratnya, kata Luhur, Danny dan siapa pun pasangannya serta partai pengusung bisa solid hingga penetapan kandidat dari Komisi Pemilihan Umum.
Menurut Luhur, posisi Danny dan partai yang akan mengusung sepenuhnya belum aman. Dia mengatakan, tsunami politik kerap hadir di detik-detik akhir waktu pendaftaran. Salah satunya,upaya membegal atau mensubstitusi dukungan partai dan figur sebelum pendaftaran dilakukan.
“Perlu waspada dan wanti-wanti karena jelang pendaftaran itu biasanya ada hal-hal yang mendadak terjadi di partai politik dan kandidat yang akan maju,” kata Luhur.
Dia memberi catatan pada insiden politik yang terjadi pada Pilgub Sulsel 2018. Kala itu pasangan Nurdin Abdullah-Tanribali Lamo tiba-tiba berubah. Tanribali Lamo terlempar dari sisi Nurdin Abdullah dan digantikan oleh Andi Sudirman Sulaiman. Tanribali Lamo akhirnya memilih berpasangan dengan Agus Arifin Nu’mang.
Di sisi partai politik juga terjadi turbulensi. PAN dan PPP-yang kala itu mengalami dualisme kepengurusan- tak satu suara dalam mengusung calon. Polemik ini yang memaksa Ichsan Yasin Limpo yang berpasangan dengan Andi Mudzakkar akhirnya memilih jalur independen.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Rizal Pauzi mengatakan efek pilkada serentak membuat kandidat membutuh banyak sumber daya karena donatur yang diharapkan untuk memberi dukungan akan terbagi.
Dia mengatakan, ada beberapa variabel yang dimemungkinkan kandidat siap untuk bertarung. Pertama adalah survei harus bagus baik secara popularitas maupun elektabilitas. Kedua, kesiapan infrastruktur jaringan seperti membentuk tim relawan dan komunitas. Yang ketiga adalah finansial untuk membiayai tim, membiayai logistik, dan berbagai hal berkaitan dengan pemenangan.
“Sehingga itu yang membuat partai sangat selektif menentukan calon. Apalagi pada Pemilu 2024 lalu partai baru hampir tidak ada yang lolos ke Senayan,” imbuh dia.
Rizal mengatakan, hanya partai-partai yang punya sumberdaya besar bisa memenangkan Pemilu. Jadi untuk kemudian maju Pilkada harus berhitung pada figur-figur yang bisa memberi sumbangsih elektoral atau sumbangsih finansial. Mengenai usungan di Pilgub Sulsel, kata dia, memang yang menentukan adalah survei sehingga kandidat yang punya survei tinggi akan menjadi perhatian utama. (suryadi/C)