Sumber: RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
Konstipasi adalah ketidakmampuan melakukan evakuasi tinja secara sempurna yang tercermin dari berkurangnya frekuensi berhajat dari biasanya, tinja lebih keras, lebih besar dan nyeri dibandingkan sebelumnya serta pada perabaan perut teraba massa tinja (skibala).
Sebab utama konstipasi fungsional sebenarnya adalah adanya riwayat trauma sebelumnya saat berhajat, bisa karena nyeri karena tinja yang keras, atau karena toilet fobia yaitu ketakutan ke toilet akibat toilet yang jorok, ada kecoa, bau, dan lain lain. Akibat trauma tersebut penderita menahan tinjanya dan tidak mau berhajat. Karena ditahan tinja akan semakin keras karena air diserap oleh dinding usus, sehingga saat penderita berusaha berhajat semakin terasa sakit, karena sakit semakin ditahan oleh si penderita sehingga keadaan tersebut menjadi seperti lingkaran setan.
Sumber: freepik
Gejala yang paling umum adalah riwayat berkurangnya frekuensi defekasi atau meningkatnya retensi feses, karena penderita merasa kesulitan memulai dan menyelesaikan buang air besar. Selain karena meningkatnya retensi feses, manifestasi konstipasi yang lain bermunculan seperti nyeri dan distensi abdomen setelah defekasi. Pada pemeriksaan fisik, terdapat distensi abdomen dengan peristaltik kurang dari normal (3x/menit).
Konstipasi kronis dapat menyebabkan beberapa komplikasi yaitu, hemorrhoid (wasir) yang disebabkan karena pemaksaan untuk buang air besar, atau robeknya kulit di sekitar anus, ini terjadi ketika feses yang keras dapat melonggarkan otot sphincter. Dampak yang lain yaitu, divertikulosis atau penyakit yang ditandai dengan terbentuknya divertikula (kantong) pada usus besar dan biasanya juga disebabkan karena peningkatan tekanan intrakolon.
Penanganan konstipasi dapat dilakukan dengan terapi farmakologi dan terapi nonfarmakologi. Terapi non-farmakologi terdiri dari pemberian edukasi, demistifikasi, toilet training, dan penjadwalan defekasi harian. Terapi farmakologis yaitu dengan pemberian perawatan yang terdiri atas tiga langkah : disimpaksi, perawatan pemeliharaan, dan penyapihan. Pada terapi farmakologi, pengobatan pertama yang biasa digunakan adalah pemberian obat pencahar oral seperti polietilen glikol. Selain pemberian obat pencahar, pemberian probiotik juga bermanfaat untuk mengatasi konstipasi.
Pencegahan
1. Diet makan banyak serat dan konsumsi air Serat akan memperlunak dan memperbesar masa feses. Serat banyak terkandung dalam sayuran, buah-buahan dan gandum. Batasi makanan yang tinggi lemak, makanan yang banyak mengandung gula dan makanan yang hanya mengandung sedikit serat seperti, es krim, keju, daging, dan makanan instan. Cairan membuat feses menjadi lunak dan mudah untuk dikeluarkan. Hindari cairan yang mengandung kafein, minuman tersebut dapat membuat saluran pencernaan menjadi kekurangan cairan.
2. Olahraga yang teratur dapat menjaga sistem pencernaan tetap sehat dan aktif. Dukung anak untuk berolahraga setiap hari.
3. Jangan menunda atau menahan jika ingin buang air besar karena menunda atau menahan akan memperparah konstipasi.
Sumber :
Ditjen Yankes Kemkes, 2021