Jakarta, CNBC Indonesia – Israel menjadi salah satu negara yang selalu sibuk berperang. Angkatan bersenjatanya yang dinamai Israel Defense Forces (IDF) bahkan beberapa waktu lalu sempat memantik kemarahan kominitas global, karena mereka menggempur kamp pengungsian warga Palestina di Rafah, Gaza dengan bom dan rudal.
Tak hanya masyarakat sipil, aksi militer terbaru Israel di kawasan padat penduduk dan zona aman itu juga memanen kecaman dari sederet pemimpin negara. Terlebih, pasukan Benjamin Netanyahu itu semakin masif melanggar hak asasi manusia (HAM) dan hukum humaniter internasional, serta mengabaikan perintah Mahkamah Internasional.
Meski terlihat sebagai musuh bagi sebagian besar penduduk dunia, Israel tetap “santai” karena mereka merupakan negara maju, kaya, dan memiliki kekuatan besar. Terlebih, satu-satunya negara Yahudi itu mendapat dukungan besar dari Amerika Serikat (AS) yang merupakan negara adidaya.
Israel yang terletak di Asia Barat adalah negara maju yang berpenghasilan tinggi. Menurut data Trading Economics, Produk Domestik Bruto (PDB) Israel mencapai US$522,03 miliar pada 2022 atau sekitar Rp8.482 triliun jika mengacu kurs saat ini (asumsi kurs Rp6.248/US$). Jumlah itu mewakili 0,23% perekonomian dunia.
Sektor teknologi adalah tulang punggung perekonomian Israel. Data NASDAQ menyebut bahwa sektor teknologi tinggi di Israel mengalami pertumbuhan tertinggi dan tercepat di antara semua industri dalam satu dekade terakhir. Pada tahun 2022, sektor teknologi menyumbang 18,1% PDB Israel dan 48,3% total ekspor Israel.
Lalu, apa rahasia Israel bisa menjadi negara yang kaya meski terus-menerus berkonflik dengan Palestina?
Ada dua faktor yang berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Israel: imigrasi dan arus masuk modal.
Melansir dari BBC International, majunya industri di Israel tak lepas dari banyaknya tenaga ahli yang melakukan eksodus dari negara-negara Eropa selama pecah Perang Dunia II untuk menghindari persekusi. Industri-industri yang sudah berkembang pesat di Israel antara lain pupuk, pestisida, farmasi, bahan kimia, plastik, dan logam berat.
Negeri Yahudi tersebut terkenal dengan industri manufaktur yang paling maju sejak 1970-an. Israel tidak mengandalkan sumber uang dari minyak seperti negara Arab lainnya.
Lalu, berpindahnya orang-orang dari Silicon Valley, AS ke Israel pada 1980-an membuat pusat-pusat penelitian untuk beragam perusahaan teknologi AS, seperti Microsoft, IBM, dan Intel semakin berkembang.
Kemudian pada 1990-an, para insinyur yang berpindah dari negara-negara bekas Uni Soviet ke Israel membuat negara itu semakin diberkati dengan kelimpahan sumber daya manusia terampil. Maka dari itu, tidak heran bila perusahaan-perusahaan baru di sektor teknologi semakin menjamur.
Sektor teknologi yang sebelumnya hanya menyumbang sebesar 37 persen dari produk industri langsung meningkat menjadi 58 persen pada 1985. Pada 2006, angka tersebut kembali meningkat menjadi 70 persen.
Banyaknya perusahaan besar di bidang teknologi otomatis menyumbang pemasukan besar untuk Pemerintah Israel dari sisi pajak, sumber devisa, ataupun penyerapan jumlah tenaga kerja. Pendapatan tersebut belum termasuk royalti dari paten-paten yang dibuat di perusahaan Israel.
Selain itu, Israel diketahui banyak menerima pendanaan untuk pengembangan riset dan teknologi dari negara lain, seperti AS, Kanada, Italia, Austria, Prancis, Irlandia, Belanda, Spanyol, China, Turki, India, dan Jerman.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
6 Kurma yang Ditanam Israel di Tanah Rampasan, Jangan Salah Beli!
(fsd/fsd)