SURABAYA, RAKYATSULSEL – Ada stigma negatif yang melekat pada usaha peternakan ayam, mulai dari aroma kurang sedap hingga kebisingan yang dihasilkan. Namun, kelompok usaha peternakan ayam di Kelurahan Karah, Kecamatan Jambangan, Surabaya, Jawa Timur, mencoba untuk mematahkan stigma tersebut.
Dikenal dengan nama Jago Karah Farm (JKF), peternakan ayam ini merupakan inisiatif dari Lurah setempat dan empat warga lokal termasuk Akip yang menjabat sebagai ketua kelompok. Menurut Akip, tujuan dari kelompok usaha ini adalah untuk menciptakan lapangan kerja dan sebagai bentuk amal ibadah.
Sejak awal, JKF telah merancang peternakan ayam dengan konsep yang tidak mengganggu masyarakat sekitar. Mereka menggunakan pangan fermentasi untuk mengurangi aroma tak sedap di peternakan.
JKF awalnya hanya terdiri dari 10 anggota, namun dengan membagikan anak ayam secara cuma-cuma kepada warga sekitar, jumlah anggota kelompok tersebut kini telah mencapai 45 peternak. Mereka memilih ayam kampung KUB karena pertumbuhan yang cepat dan produktivitas telur yang tinggi.
Selain berusaha mengurangi dampak lingkungan yang negatif, JKF juga berhasil mengembangkan produk-produk seperti pakan ayam, telur, DOC, dan ayam potong. Meskipun masih terbatas dalam pemasaran, mereka berharap dapat merambah pasar lebih luas di masa depan.
Dukungan dari BRI melalui program Klasterku Hidupku memberikan bantuan berupa peralatan produksi kepada JKF, seperti mesin pembuat pelet, mesin pemotong, dan peralatan lainnya. Hal ini membantu para peternak dalam memenuhi kebutuhan dengan harga yang lebih terjangkau.
Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, mengungkapkan bahwa program Klasterku Hidupku adalah komitmen BRI untuk mendukung para pelaku usaha lokal. Selain bantuan modal, program ini juga memberikan pelatihan dan dukungan lainnya untuk meningkatkan produktivitas kelompok usaha.
Diharapkan dengan adanya bantuan dan dukungan dari BRI, usaha peternakan ayam JKF dapat terus berkembang dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.