Maros, RakyatSulsel – Seorang muadzin tuna netra di Desa Bonto Mate’ne, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, bernama Muhammad Rifai (51 tahun), menunjukkan inspirasi dan semangat yang luar biasa dalam kehidupannya. Meskipun menghadapi keterbatasan penglihatan, Rifai tetap gigih untuk menyusuri jalan menuju masjid setiap kali waktu salat tiba.
Setiap hari, Rifai harus berjalan sejauh 300 meter menuju Masjid Istiqomah 7 untuk mengumandangkan azan bagi jamaah. Ini merupakan kegiatan rutin yang telah dilakukannya selama 20 tahun terakhir. Meskipun tanpa bantuan atau alat bantu, Rifai percaya diri dan yakin dengan insting serta kebiasaannya untuk sampai ke masjid.
Rifai menceritakan bahwa keterbatasan penglihatannya bermula sejak usia 7 tahun, akibat komplikasi penyakit cacar yang mempengaruhi saraf matanya. Meskipun harus menjalani kehidupan dengan kebutaan, Rifai tetap bersyukur atas nikmat yang dianugerahkan Allah padanya. Bagi Rifai, kebutaan tersebut menjadi jalan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan menunaikan kewajiban sebagai hamba-Nya.
Kisah Rifai menjadi inspirasi bagi banyak orang yang mungkin merasa putus asa dengan keterbatasan yang dimiliki. Rifai membuktikan bahwa dengan keteguhan hati dan keyakinan yang kuat, setiap rintangan dapat diatasi. Semangat dan kegigihan Rifai patut diacungi jempol, dan menjadi pelajaran berharga bagi kita semua untuk tidak pernah menyerah dalam menghadapi cobaan hidup.