Di pada suatu pemilihan legislatif yang baru saja dilaksanakan, terdapat beberapa anak kepala dan mantan kepala daerah yang berhasil meraih kursi. Mereka memanfaatkan infrastruktur kekuasaan yang dimiliki sang bapak untuk meraih dukungan yang signifikan. Meskipun demikian, tidak semua putra mahkota berhasil melenggang ke parlemen karena ada yang kandas dan tidak mampu mengkonversi kekuasaan bapaknya menjadi satu kursi di lembaga wakil rakyat.
Keberhasilan putra/putri kepala daerah ini dalam meraih kursi tidak lepas dari peran ayahnya yang sedang atau pernah menjabat sebagai kepala daerah. Ada yang berhasil terpilih di DPR RI, provinsi, hingga kabupaten kota. Namun, dari 13 orang yang bertarung, hanya tiga yang gagal meraih kursi. Terdapat juga alasan bahwa cakupan daerah pemilihan yang luas membuat perolehan suara putra mahkota kalah bersaing di internal partai.
Pengamat politik mengatakan bahwa tidak terpilihnya beberapa anak kepala daerah sebagai legislator bisa disebabkan oleh banyaknya orang-orang dekat yang ikut maju dalam pemilu. Di level kabupaten kemungkinan semua terpilih, namun di level provinsi dan DPR RI suara mereka cenderung terbagi. Selain itu, dukungan dari orang tua yang menjabat maupun yang pernah menjadi kepala daerah menjadi faktor penting dalam menentukan keterpilihan seseorang dalam pemilihan legislatif.
Dalam menyikapi dinamika politik ini, penting untuk membangun citra dan reputasi politik sendiri secara independen dari hubungan keluarga. Keputusan pemilih dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan, seperti kualitas, kinerja, dan kemampuan politik individu calon tersebut. Kesuksesan politik seseorang tidak hanya ditentukan oleh hubungan keluarga, melainkan oleh faktor-faktor kompleks seperti popularitas, kinerja politik, dan dukungan massa. Sinergi antara ketokohan orang tua, potensi pribadi calon, dan dukungan dari massa menjadi kunci dalam meraih kemenangan dalam kontestasi politik.