Data terkini dari Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan bahwa semakin banyak penduduk di Indonesia yang enggan untuk menikah.
Laporan Statistik Indonesia tahun 2024 menunjukkan adanya penurunan yang signifikan dalam jumlah pernikahan selama enam tahun terakhir. Penurunan paling ekstrim terjadi dalam rentang tiga tahun terakhir, di mana terdapat penurunan sebanyak 2 juta pernikahan di Indonesia.
Tidak hanya terjadi di satu daerah, tren penurunan ini meluas hampir di seluruh wilayah. Contohnya, DKI Jakarta mengalami penurunan hingga 4 ribu pernikahan, sedangkan Jawa Barat mengalami penurunan hingga 29 ribu pernikahan. Hal serupa juga terjadi di provinsi-provinsi dengan padat penduduk seperti Jawa Tengah (turun 21 ribu) dan Jawa Timur (turun 13 ribu).
Meskipun demikian, tidak semua provinsi mengalami penurunan jumlah pernikahan. Sebagian provinsi justru mengalami kenaikan dalam tiga tahun terakhir.
Jika kita melihat data dari Laporan Statistik Indonesia tahun 2022 dan 2021, kita akan melihat adanya penurunan terus menerus dalam jumlah pernikahan selama enam tahun terakhir.
Di samping itu, fenomena enggan menikah juga terjadi secara global, bukan hanya di Indonesia. Negara lain seperti Korea Selatan dan China juga mengalami tren yang serupa. Misalnya, hanya 27,5% wanita muda Korea Selatan yang bersedia untuk menikah, menunjukkan adanya penurunan minat dalam menikah.
Situasi serupa terjadi di China, di mana gaya hidup lajang semakin populer di kalangan masyarakat. Analis khawatir bahwa China akan mengalami penurunan populasi karena banyak warganya enggan menikah dan memiliki anak karena alasan ekonomi.
Dengan demikian, fenomena malas menikah tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi secara global, menunjukkan adanya perubahan perilaku masyarakat dalam hal pernikahan dan keluarga.