Sebuah penelitian dari Universitas Toronto, Kanada menemukan bahwa wajah seseorang dapat menunjukkan status sosial mereka. Orang kaya cenderung memiliki wajah yang lebih relaks, sementara orang miskin cenderung memiliki wajah yang tertekan. Penelitian ini dipublikasikan dalam Journal of Personality and Social Psychology pada tahun 2018.
Dalam penelitian tersebut, para peneliti menemukan bahwa orang yang memiliki kekayaan cenderung lebih bahagia dan kurang cemas dibandingkan dengan orang yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar. Mereka juga melakukan percobaan dengan menunjukkan foto-foto orang kepada orang lain dan meminta mereka untuk menebak kelas sosial dari masing-masing orang. Hasilnya, sebanyak 68 persen jawaban benar.
Para peneliti juga melakukan studi lebih lanjut dengan memperbesar fitur wajah. Hasilnya, subjek masih bisa menebak dengan benar ketika mereka hanya melihat mata dan mulut. Mereka menyimpulkan bahwa pola emosi dapat terlihat di wajah seseorang dari waktu ke waktu. Kontraksi otot-otot tertentu dapat menyebabkan perubahan struktur wajah yang dapat dilihat orang lain.
Namun, fakta bahwa kebanyakan orang bisa menebak status sosial seseorang hanya dari wajahnya juga dapat membawa konsekuensi negatif, terutama terkait bias dan penilaian. Para peneliti juga menemukan bahwa penilaian kaya atau miskin bisa melanggengkan bias sosial, seperti dalam penilaian terhadap siapa yang lebih mungkin mendapatkan pekerjaan sebagai akuntan.
Dengan temuan ini, para peneliti berpendapat bahwa persepsi kelas sosial berdasarkan wajah bisa memiliki konsekuensi serius dalam kehidupan sosial di dunia nyata, dan dapat menjadi salah satu penyebab siklus kemiskinan.