Paparan partikel plastik dapat merusak kesehatan tubuh manusia, termasuk hormon pria. Sebuah studi menunjukkan bahwa mikroplastik berisiko menurunkan kadar testosteron yang pada akhirnya memengaruhi proses pembentukan sperma. Penurunan jumlah sperma di seluruh dunia selama 50 tahun terakhir telah menjadi perhatian, dengan penurunan sekitar 1% per tahun. Faktor lingkungan, seperti toksin yang mengganggu hormon steroid, diyakini memiliki peran besar dalam penurunan ini.
Dr. Shanna Swan, seorang profesor kedokteran lingkungan dan kesehatan masyarakat, menyatakan bahwa penurunan tersebut sebagian besar disebabkan oleh lingkungan yang terpapar racun. Penelitian yang dilakukan sejak 1973 hingga 2011 menunjukkan penurunan jumlah sperma hingga 60% pada pria di berbagai belahan dunia, termasuk Amerika Utara, Eropa, dan Australia. Penelitian terbaru hingga tahun 2018 menunjukkan penurunan yang semakin signifikan, dengan angka penurunan lebih dari 2% setelah tahun 2000.
Kekhawatiran akan dampak toksisitas kimia terhadap manusia semakin meningkat. Fluat dan bisfenol, bahan kimia dalam plastik yang mengganggu hormon, diyakini memiliki korelasi dengan penurunan jumlah sperma. Studi menunjukkan bahwa zat aditif pada plastik dapat memengaruhi kesehatan janin dan embrio, dengan adanya potensi terjadinya sindrom ftalat yang meliputi sejumlah kelainan pada perkembangan seksual.
Dr. Swan menegaskan perlunya tindakan terkait penggunaan bahan tambahan plastik dan pentingnya mencari alternatif yang lebih aman. Ia juga menyarankan agar masyarakat lebih berhati-hati dalam menggunakan produk berbahan plastik dan memilih untuk menggunakan wadah makanan ramah lingkungan. Kesadaran akan bahaya mikroplastik perlu ditingkatkan demi menjaga kesehatan dan kesuburan manusia di masa depan.