Bunuh diri telah menjadi masalah global yang kompleks, dipicu oleh berbagai faktor mulai dari kesehatan mental, situasi ekonomi, hingga norma sosial. Menurut data dari Global Burden of Disease Study yang dilaporkan oleh WHO, terdapat 746.000 kematian akibat bunuh diri di seluruh dunia pada 2021, menjadikannya sebagai penyebab kematian ketiga tertinggi di kalangan anak muda usia 15 hingga 29 tahun. Perkiraan terbaru juga menunjukkan bahwa sebanyak 73% kasus bunuh diri global terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, dengan empat dari 10 negara tertinggi berada di Afrika.
Meskipun WHO melaporkan bahwa tingkat bunuh diri global telah turun sebesar 35% sejak tahun 2000, namun terdapat peningkatan di wilayah Amerika sebesar 17% selama periode yang sama. Data WHO juga menyoroti bahwa negara-negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi memiliki kekurangan tenaga kesehatan mental, seperti yang terjadi di Lesotho yang menduduki peringkat tertinggi sejak 2018 dengan tingkat bunuh diri mencapai 36,7 per 100.000 penduduk.
Berikut merupakan daftar 10 negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi pada tahun 2021 menurut WHO, sebagian besar diantaranya berasal dari negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dengan jumlah tenaga kesehatan mental yang kurang dari rata-rata global. Contohnya, Negara Federasi Mikronesia hanya memiliki satu psikiater untuk melayani populasi lebih dari 112.000 jiwa, sementara Lesotho tidak memiliki data yang luas terkait jumlah psikiater yang aktif. Dengan demikian, penting untuk meningkatkan kesadaran dan akses terhadap layanan kesehatan mental untuk mengatasi masalah bunuh diri ini.
