Home Lainnya Evaluasi Kinerja Bappenas dalam Mengelola Sumber Daya Pesisir dan Laut di Daerah...

Evaluasi Kinerja Bappenas dalam Mengelola Sumber Daya Pesisir dan Laut di Daerah Terpencil

0
Evaluasi Kinerja Bappenas dalam Mengelola Sumber Daya Pesisir dan Laut di Daerah Terpencil

Daerah terpencil di Indonesia, dengan kekayaan sumber daya pesisir dan lautnya, kerap kali terlupakan dalam skema pengelolaan nasional. Evaluasi kinerja Bappenas dalam mengelola sumber daya pesisir dan laut di daerah terpencil menjadi sorotan utama, mengingat pentingnya keberlanjutan ekosistem dan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.

Bappenas, sebagai lembaga perencanaan pembangunan nasional, memiliki peran vital dalam memastikan pengelolaan sumber daya pesisir dan laut yang berkelanjutan. Namun, tantangan geografis, infrastruktur, dan kapasitas sumber daya manusia di daerah terpencil menjadi hambatan utama dalam mencapai tujuan tersebut.

Pentingnya Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut di Daerah Terpencil

Daerah terpencil, yang seringkali memiliki ketergantungan tinggi pada sumber daya alam, menghadapi tantangan unik dalam mengelola sumber daya pesisir dan laut. Keterbatasan akses, infrastruktur, dan sumber daya manusia menjadikan pengelolaan di wilayah ini jauh lebih kompleks dan memerlukan perhatian khusus.

Pengelolaan sumber daya pesisir dan laut yang efektif di daerah terpencil tidak hanya penting untuk kesejahteraan masyarakat setempat, tetapi juga untuk menjaga kelestarian lingkungan dan ekosistem laut. Penting untuk memahami bahwa sumber daya alam ini merupakan aset vital yang harus dijaga agar tetap lestari untuk generasi mendatang.

Dampak Negatif Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut yang Buruk

Pengelolaan sumber daya pesisir dan laut yang buruk dapat menimbulkan dampak negatif yang serius bagi masyarakat, ekonomi, dan lingkungan di daerah terpencil.

Aspek Dampak Negatif
Sosial
  • Kemiskinan dan pengangguran meningkat karena hilangnya mata pencaharian yang bergantung pada laut.
  • Konflik sosial antar kelompok masyarakat yang bersaing memperebutkan sumber daya.
  • Meningkatnya kerentanan terhadap bencana alam seperti abrasi pantai dan gelombang pasang.
Ekonomi
  • Penurunan hasil tangkapan ikan dan penurunan pendapatan nelayan.
  • Kerusakan terumbu karang dan ekosistem laut lainnya yang berdampak pada pariwisata dan sektor ekonomi lainnya.
  • Peningkatan biaya untuk mengatasi kerusakan lingkungan dan bencana alam.
Lingkungan
  • Pencemaran laut akibat limbah industri dan domestik.
  • Kerusakan terumbu karang, mangrove, dan padang lamun yang mengancam keanekaragaman hayati laut.
  • Peningkatan emisi gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap perubahan iklim.

Contoh Kasus Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut yang Buruk

Di wilayah pesisir terpencil di Indonesia, misalnya, penangkapan ikan yang berlebihan dan penggunaan alat tangkap yang merusak telah mengakibatkan penurunan populasi ikan dan kerusakan terumbu karang. Hal ini berdampak negatif pada pendapatan nelayan dan juga mengancam kelestarian ekosistem laut.

Evaluasi kinerja Bappenas dalam mengelola sumber daya pesisir dan laut di daerah terpencil menjadi sorotan. Akses terhadap infrastruktur dasar di daerah terpencil menjadi salah satu faktor penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendorong pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan. Bappenas, melalui program-programnya, berupaya meningkatkan akses terhadap infrastruktur dasar di daerah, seperti jalan, listrik, dan air bersih.

Peran Bappenas dalam meningkatkan akses terhadap infrastruktur dasar di daerah diharapkan dapat mempermudah akses masyarakat terhadap sumber daya laut dan membuka peluang ekonomi baru di daerah terpencil. Hal ini menjadi poin penting dalam evaluasi kinerja Bappenas, mengingat akses infrastruktur yang memadai dapat mendorong pengelolaan sumber daya pesisir dan laut yang lebih optimal dan berkelanjutan.

Pencemaran laut akibat limbah industri dan domestik juga menjadi masalah serius. Limbah plastik yang dibuang ke laut dapat mencemari ekosistem laut dan membahayakan kehidupan biota laut. Dampaknya dapat dirasakan oleh nelayan dan masyarakat yang menggantungkan hidup pada laut.

Peran Bappenas dalam Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut: Evaluasi Kinerja Bappenas Dalam Mengelola Sumber Daya Pesisir Dan Laut Di Daerah Terpencil

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memegang peranan penting dalam mengelola sumber daya pesisir dan laut di Indonesia. Bappenas berperan sebagai lembaga pengarah dan koordinator dalam merumuskan kebijakan dan program pembangunan nasional, termasuk di dalamnya pengelolaan sumber daya pesisir dan laut.

Fokus Bappenas adalah pada upaya untuk mencapai pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan, dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Evaluasi kinerja Bappenas dalam mengelola sumber daya pesisir dan laut di daerah terpencil menjadi sorotan, khususnya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Kinerja Bappenas dalam hal ini tak terlepas dari strategi pengelolaan tata ruang dan wilayah secara keseluruhan. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Evaluasi kinerja Bappenas dalam mengelola tata ruang dan wilayah , langkah-langkah strategis perlu diterapkan untuk memastikan pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut di daerah terpencil dilakukan secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Hal ini penting untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dan laut Indonesia.

Kebijakan dan Program Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut

Bappenas telah menerapkan berbagai kebijakan dan program untuk mengelola sumber daya pesisir dan laut di Indonesia. Beberapa kebijakan dan program tersebut antara lain:

  • Rencana Tata Ruang Laut (RTR-L): RTR-L merupakan dokumen perencanaan yang mengatur pemanfaatan ruang laut secara terpadu, dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Bappenas berperan dalam penyusunan dan evaluasi RTR-L, memastikan bahwa pemanfaatan ruang laut sesuai dengan prinsip keberlanjutan.
  • Program Pembangunan Ekonomi Biru: Program ini fokus pada pengembangan sektor kelautan dan perikanan yang berkelanjutan, dengan mengedepankan prinsip ekonomi biru yang menekankan pada pemanfaatan sumber daya laut secara optimal dan berwawasan lingkungan.
  • Program Penguatan Tata Kelola Pesisir dan Laut: Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut, serta mendorong partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan.

Strategi dan Pendekatan Bappenas dalam Mengelola Sumber Daya Pesisir dan Laut di Daerah Terpencil

Bappenas menggunakan strategi dan pendekatan khusus dalam mengelola sumber daya pesisir dan laut di daerah terpencil. Pendekatan yang diterapkan meliputi:

  • Pendekatan Partisipatif: Bappenas melibatkan masyarakat pesisir dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring program pengelolaan sumber daya pesisir dan laut. Hal ini dilakukan melalui forum konsultasi, diskusi, dan pelatihan, sehingga masyarakat memiliki pemahaman dan peran aktif dalam menjaga kelestarian sumber daya laut.
  • Pendekatan Terpadu: Bappenas mengintegrasikan program pengelolaan sumber daya pesisir dan laut dengan program pembangunan lainnya, seperti program pengentasan kemiskinan, program kesehatan, dan program pendidikan. Integrasi ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas program dan mencapai hasil yang lebih optimal.
  • Pendekatan Berbasis Ekosistem: Bappenas menerapkan pendekatan berbasis ekosistem dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut. Pendekatan ini mempertimbangkan hubungan antar komponen ekosistem laut, sehingga upaya konservasi dan pemanfaatan sumber daya dapat dilakukan secara terintegrasi.

Keterlibatan Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan, Evaluasi kinerja Bappenas dalam mengelola sumber daya pesisir dan laut di daerah terpencil

Bappenas menyadari pentingnya peran masyarakat dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan sumber daya pesisir dan laut. Beberapa upaya yang dilakukan Bappenas untuk melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan antara lain:

  • Forum Musyawarah Desa: Bappenas mendorong pelaksanaan forum musyawarah desa untuk membahas isu-isu terkait pengelolaan sumber daya pesisir dan laut. Dalam forum ini, masyarakat dapat menyampaikan aspirasi dan ide-ide untuk pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan.
  • Pelatihan dan Penyuluhan: Bappenas menyelenggarakan pelatihan dan penyuluhan kepada masyarakat pesisir tentang pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan. Melalui pelatihan ini, masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola sumber daya laut secara bertanggung jawab.
  • Pembentukan Kelompok Masyarakat Pengelola Sumber Daya Laut: Bappenas mendorong pembentukan kelompok masyarakat pengelola sumber daya laut, yang memiliki peran aktif dalam menjaga kelestarian sumber daya laut dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.

Tantangan Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut di Daerah Terpencil

Mengelola sumber daya pesisir dan laut di daerah terpencil merupakan tugas yang berat, terlebih lagi dengan beragam tantangan yang dihadapi. Bappenas, sebagai lembaga perencanaan pembangunan nasional, dituntut untuk mampu mengatasi berbagai kendala dalam mengelola sumber daya ini demi kesejahteraan masyarakat di daerah terpencil.

Evaluasi kinerja Bappenas dalam mengelola sumber daya pesisir dan laut di daerah terpencil menjadi sorotan. Selain itu, Bappenas juga memegang peran penting dalam meningkatkan akses terhadap air bersih dan sanitasi di pedesaan, seperti yang diulas dalam artikel Peran Bappenas dalam meningkatkan akses terhadap air bersih dan sanitasi di pedesaan.

Hal ini menunjukkan bahwa Bappenas memiliki fokus yang luas dalam memajukan kesejahteraan masyarakat, baik di wilayah pesisir maupun pedesaan. Namun, untuk menilai efektivitas program-program Bappenas dalam mengelola sumber daya pesisir dan laut di daerah terpencil, diperlukan analisis mendalam terhadap data dan implementasi di lapangan.

Infrastruktur dan Aksesibilitas Terbatas

Daerah terpencil umumnya memiliki keterbatasan infrastruktur, baik dalam hal transportasi, komunikasi, maupun energi. Hal ini menjadi kendala utama dalam mengelola sumber daya pesisir dan laut.

Evaluasi kinerja Bappenas dalam mengelola sumber daya pesisir dan laut di daerah terpencil menjadi sorotan, khususnya dalam hal pengelolaan sampah. Masalah sampah di daerah terpencil menjadi tantangan tersendiri, mengingat terbatasnya akses infrastruktur dan kesadaran masyarakat. Untuk memahami strategi Bappenas dalam mengatasi masalah sampah di daerah, Kajian tentang strategi Bappenas dalam mengatasi masalah sampah di daerah menjadi penting.

Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi yang efektif dalam mendukung pengelolaan sumber daya pesisir dan laut di daerah terpencil, khususnya dalam hal pencemaran sampah.

  • Akses transportasi yang terbatas membuat sulitnya pengawasan dan pemantauan sumber daya pesisir dan laut, sehingga potensi eksploitasi ilegal dan kerusakan lingkungan menjadi ancaman serius.
  • Keterbatasan akses komunikasi mempersulit koordinasi dan pengambilan keputusan dalam pengelolaan sumber daya, serta menghambat penyampaian informasi dan edukasi kepada masyarakat.
  • Keterbatasan akses energi, khususnya listrik, menjadi kendala dalam pengembangan teknologi dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk pengelolaan sumber daya pesisir dan laut yang berkelanjutan.

Kapasitas Sumber Daya Manusia yang Terbatas

Daerah terpencil juga menghadapi tantangan dalam hal kapasitas sumber daya manusia. Kurangnya tenaga ahli dan profesional di bidang pengelolaan sumber daya pesisir dan laut menjadi kendala dalam mengelola sumber daya secara optimal.

Evaluasi kinerja Bappenas dalam mengelola sumber daya pesisir dan laut di daerah terpencil menjadi sorotan, khususnya dalam hal pemanfaatan potensi energi terbarukan. Di sisi lain, Bappenas juga berperan penting dalam meningkatkan akses terhadap energi di daerah, seperti yang terlihat dalam program Peran Bappenas dalam meningkatkan akses terhadap energi di daerah.

Kaitannya dengan sumber daya pesisir dan laut, evaluasi ini diharapkan dapat mengidentifikasi potensi energi terbarukan seperti energi gelombang dan arus laut di daerah terpencil, sehingga dapat membuka peluang baru untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

  • Kurangnya tenaga ahli dan profesional di bidang pengelolaan sumber daya pesisir dan laut membuat sulitnya penerapan teknologi dan metode pengelolaan yang efektif.
  • Keterbatasan akses pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat di daerah terpencil menyebabkan rendahnya pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sumber daya pesisir dan laut.
  • Kurangnya kemampuan dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya pesisir dan laut secara berkelanjutan.

Faktor Geografis dan Sosial-Ekonomi

Faktor geografis dan sosial-ekonomi di daerah terpencil juga turut mempengaruhi efektivitas pengelolaan sumber daya pesisir dan laut.

  • Lokasi geografis yang terpencil dan kondisi alam yang sulit dijangkau membuat sulitnya akses dan pemantauan terhadap sumber daya pesisir dan laut.
  • Keterbatasan infrastruktur dan akses komunikasi mempersulit koordinasi dan pengambilan keputusan dalam pengelolaan sumber daya.
  • Kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang umumnya masih bergantung pada sumber daya alam membuat sulitnya penerapan strategi pengelolaan yang berkelanjutan.

Contoh Konkrit Tantangan Pengelolaan

Sebagai contoh, di wilayah perairan terpencil di Papua, keterbatasan akses transportasi dan komunikasi membuat sulitnya pengawasan dan penindakan terhadap kegiatan penangkapan ikan ilegal. Hal ini mengakibatkan overfishing dan kerusakan terumbu karang, yang pada akhirnya berdampak negatif pada mata pencaharian nelayan lokal.

Upaya Bappenas dalam Mengatasi Tantangan

Mengelola sumber daya pesisir dan laut di daerah terpencil bukanlah hal mudah. Tantangannya beragam, mulai dari keterbatasan infrastruktur, kurangnya sumber daya manusia, hingga minimnya akses terhadap teknologi. Bappenas, sebagai lembaga perencanaan pembangunan nasional, menyadari kompleksitas permasalahan ini dan telah berupaya keras untuk mengatasinya.

Program dan Kebijakan Bappenas

Bappenas telah merancang berbagai program dan kebijakan yang dirancang khusus untuk mengatasi tantangan pengelolaan sumber daya pesisir dan laut di daerah terpencil. Upaya ini dilakukan dengan fokus pada tiga aspek utama: peningkatan kapasitas masyarakat, pengembangan infrastruktur, dan penguatan tata kelola.

Program/Kebijakan Target Strategi Hasil yang Dicapai
Program Pengembangan Kapasitas Masyarakat Pesisir Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat pesisir dalam pengelolaan sumber daya laut berkelanjutan Melalui pelatihan, penyuluhan, dan pendampingan, program ini mendorong masyarakat pesisir untuk menerapkan praktik pengelolaan sumber daya laut yang ramah lingkungan Sejak tahun 2015, program ini telah berhasil melatih lebih dari 10.000 nelayan dan masyarakat pesisir di berbagai daerah terpencil, dengan peningkatan pendapatan dan hasil tangkapan yang signifikan
Program Peningkatan Infrastruktur Pesisir Meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas di wilayah pesisir terpencil, sehingga memudahkan akses terhadap layanan publik dan pasar Program ini fokus pada pembangunan infrastruktur seperti dermaga, jalan, dan sistem komunikasi di wilayah pesisir terpencil Sejak tahun 2017, program ini telah berhasil membangun 20 dermaga dan 50 km jalan di wilayah pesisir terpencil, sehingga meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan, pendidikan, dan pasar
Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Laut Terpadu Mendorong penerapan tata kelola sumber daya laut yang terintegrasi dan berkelanjutan, dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan Kebijakan ini menekankan pada pentingnya koordinasi antar lembaga, partisipasi masyarakat, dan penerapan teknologi informasi dalam pengelolaan sumber daya laut Kebijakan ini telah berhasil mendorong terwujudnya kolaborasi antar lembaga dan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya laut di berbagai wilayah, termasuk di daerah terpencil

Kolaborasi dengan Stakeholders

Bappenas menyadari bahwa upaya mengatasi tantangan pengelolaan sumber daya pesisir dan laut di daerah terpencil membutuhkan kolaborasi yang kuat dengan berbagai stakeholders. Bappenas aktif menjalin kemitraan dengan pemerintah daerah, masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk mencapai tujuan bersama.

  • Bappenas bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan di wilayah pesisir terpencil, dengan fokus pada pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan.
  • Bappenas melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan terkait pengelolaan sumber daya laut, sehingga program yang dirancang dapat sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
  • Bappenas berkolaborasi dengan LSM untuk meningkatkan kapasitas masyarakat pesisir, memberikan pendampingan dalam pengelolaan sumber daya laut, dan mengadvokasi kebijakan yang pro-lingkungan.

Evaluasi Kinerja Bappenas

Bappenas, sebagai lembaga perencanaan pembangunan nasional, memiliki peran penting dalam mengelola sumber daya pesisir dan laut di Indonesia, khususnya di daerah terpencil. Evaluasi kinerja Bappenas dalam hal ini menjadi penting untuk mengetahui sejauh mana program dan kebijakan yang diterapkan berhasil mencapai tujuan dan memberikan manfaat bagi masyarakat.

Hasil Evaluasi Kinerja Bappenas

Evaluasi kinerja Bappenas dalam mengelola sumber daya pesisir dan laut di daerah terpencil menunjukkan hasil yang beragam. Beberapa program dan kebijakan telah berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan, sementara beberapa lainnya masih perlu ditingkatkan. Berikut beberapa contoh hasil evaluasi yang ditemukan:

  • Keberhasilan: Program pengembangan budidaya perikanan di beberapa daerah terpencil telah berhasil meningkatkan pendapatan nelayan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Contohnya, program budidaya rumput laut di Maluku Utara telah berhasil meningkatkan pendapatan nelayan dan menciptakan lapangan kerja baru.
  • Kekurangan: Kurangnya akses infrastruktur, seperti jalan dan pelabuhan, di beberapa daerah terpencil menjadi kendala dalam pengembangan sumber daya pesisir dan laut. Contohnya, akses terbatas ke pasar untuk hasil laut di beberapa daerah terpencil di Papua Barat mengakibatkan harga jual yang rendah bagi nelayan.

Indikator Evaluasi Kinerja Bappenas

Untuk mengevaluasi kinerja Bappenas dalam mengelola sumber daya pesisir dan laut, beberapa indikator penting digunakan, meliputi aspek keberlanjutan, efisiensi, dan efektivitas. Berikut beberapa indikator yang relevan:

  • Keberlanjutan: Tingkat kerusakan ekosistem laut, seperti terumbu karang dan mangrove, menjadi indikator penting untuk menilai keberlanjutan program dan kebijakan Bappenas. Indikator lainnya meliputi tingkat pemanfaatan sumber daya laut yang berkelanjutan, seperti penangkapan ikan yang bertanggung jawab dan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan.
  • Efisiensi: Tingkat penggunaan anggaran dan sumber daya untuk mencapai target program menjadi indikator penting dalam menilai efisiensi Bappenas. Indikator lainnya meliputi efisiensi proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan program, serta tingkat pemanfaatan teknologi dan inovasi dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut.
  • Efektivitas: Tingkat pencapaian target program dan kebijakan Bappenas menjadi indikator utama untuk menilai efektivitas program. Indikator lainnya meliputi dampak program terhadap kesejahteraan masyarakat, seperti peningkatan pendapatan nelayan, dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut.

Rekomendasi untuk Meningkatkan Kinerja Bappenas

Berdasarkan hasil evaluasi, terdapat beberapa rekomendasi yang dapat diajukan untuk meningkatkan kinerja Bappenas dalam mengelola sumber daya pesisir dan laut di daerah terpencil. Rekomendasi ini difokuskan pada aspek keberlanjutan, efisiensi, dan efektivitas program dan kebijakan Bappenas.

  • Peningkatan Akses Infrastruktur: Meningkatkan akses infrastruktur, seperti jalan dan pelabuhan, di daerah terpencil akan mempermudah akses ke pasar dan meningkatkan nilai jual hasil laut. Program ini dapat diintegrasikan dengan program pembangunan infrastruktur nasional.
  • Penguatan Kapasitas Masyarakat: Meningkatkan kapasitas masyarakat lokal dalam mengelola sumber daya pesisir dan laut melalui pelatihan dan pendidikan. Program ini dapat diintegrasikan dengan program pemberdayaan masyarakat dan pengembangan ekonomi lokal.
  • Peningkatan Koordinasi Antar Lembaga: Meningkatkan koordinasi antar lembaga terkait, seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan pemerintah daerah, dalam mengelola sumber daya pesisir dan laut. Koordinasi yang baik akan meningkatkan efektivitas program dan mencegah tumpang tindih program.
  • Peningkatan Pemantauan dan Evaluasi: Meningkatkan sistem pemantauan dan evaluasi program dan kebijakan Bappenas untuk memastikan efektivitas program dan mencapai target yang ditetapkan. Sistem ini dapat diintegrasikan dengan sistem informasi dan teknologi yang termutakhir.

Penutup

Evaluasi kinerja Bappenas dalam mengelola sumber daya pesisir dan laut di daerah terpencil menjadi langkah penting untuk memastikan keberlanjutan ekosistem dan kesejahteraan masyarakat. Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak dan implementasi strategi yang tepat, diharapkan Bappenas dapat mengatasi tantangan dan meningkatkan efektivitas pengelolaan sumber daya di wilayah terpencil, demi masa depan yang lebih baik.

Exit mobile version