Jakarta, CNBC Indonesia – Para ahli menemukan bahwa botol minuman soda ternyata mengandung mikroplastik dan nanoplastik yang mampu membahayakan kesehatan tubuh. Bahkan, jumlah partikel plastik di dalam botol minuman soda diklaim dapat bertambah jika botol telah dibuka beberapa kali.
Melansir dari Euro News, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Prancis meneliti enam jenis plastik yang digunakan botol soda Coca-Cola dan Schweppes. Dalam studinya, Organisasi Agir pour l’environnement menggunakan dua laboratorium yang berbeda untuk meneliti potensi kemunculan mikroplastik dan nanoplastik saat botol dibuka satu hingga 20 kali.
Dalam laporan yang dipublikasikan pada pekan ini, para ahli menyebut bahwa hasil penelitian tergolong mengejutkan. Sebab, produsen minuman soda mengklaim bahwa hanya dua polimer yang menyentuh minuman, yakni polietilena (PD) pada bagian tutup botol dan PET pada botol.
“Hasil ini menimbulkan pertanyaan bagi Coca-Cola dan otoritas kesehatan Prancis yang wajib menjamin bahwa wadah yang digunakan tidak memaparkan dampak negatif terhadap konsumen melalui molekul yang dampak kesehatannya tidak dapat disepelekan,” kata salah satu tim peneliti, Magali Leroy, dikutip Senin (26/8/2024).
Ahli: Satu Botol Minuman Soda 1 Liter Mengandung 62 Mikropartikel
Dalam temuannya, para ahli melihat bahwa ada sebanyak empat mikropartikel dalam satu liter Coca-Cola dan 4,6 mikropartikel untuk satu liter Schweppes setelah botol pertama kali dibuka. Setelah membuka botol sebanyak 20 kali, jumlah tersebut bertambah puluhan kali lipat, yakni 46 mikropartikel dalam satu liter Coca-Cola dan 62 pada satu liter Schweppes.
Penulis studi mengatakan bahwa hal ini kemungkinan terjadi karena tutup plastik mengalami degradasi sehingga menyebabkan banyak partikel muncul saat botol semakin sering dibuka.
Seluruh mikropartikel yang diidentifikasi berukuran lebih kecil dari 500 mikrometer dan sebagian besar berukuran lebih kecil dari 100 mikrometer. Sebagian besar partikel yang terkait dengan lubang tersebut berukuran lebih kecil dari 50 mikrometer.
“Bentuknya yang berkontur dan tidak beraturan mendukung adanya interaksi dengan partikel lain serta menggabungkan efek beberapa polimer sambil mendukung kontak dengan sel manusia,” kata laporan tersebut.
Sebagai informasi, penelitian sebelumnya memperkirakan bahwa per tahunnya, satu orang “mendapatkan asupan” mikroplastik sebesar 39 ribu hingga 52 ribu dari sumber makanan. Jika ditambah dengan partikel yang terhirup, jumlah tersebut bertambah menjadi 74 ribu hingga 121 ribu per tahunnya.
Sebuah studi yang diterbitkan pada Januari 2024 lalu juga menemukan ratusan ribu potongan plastik kecil dalam botol air plastik. Angka tersebut diklaim jauh lebih tinggi daripada yang dilaporkan sebelumnya.
(rns/rns)
Next Article
Warga Indonesia Paling Banyak Makan Plastik, Ini 5 Sumbernya