Sebanyak hampir 9.000 dokter muda dan residen di Korea Selatan telah mengundurkan diri sejak 20 Februari 2024 dan menolak untuk kembali merawat pasien, mengabaikan perintah dari Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan setempat.
Protes ini terjadi sebagai respons terhadap kebijakan baru pemerintah Korea Selatan yang memutuskan untuk menambah jumlah mahasiswa kedokteran. Para dokter menuntut pembatalan keputusan tersebut karena khawatir akan dampak negatifnya terhadap kesehatan masyarakat.
Para dokter muda dan residen juga mengungkapkan kekhawatiran mereka terkait meningkatnya persaingan, ketakutan akan gugatan hukum terkait praktik medis yang buruk, serta ketidaksesuaian jumlah gaji dengan jam kerja yang mereka lakukan. Mereka menegaskan bahwa mereka sering begadang dan bekerja lebih dari 80 jam seminggu.
Meskipun gaji dokter di Korea Selatan tergolong tinggi di antara negara-negara anggota OECD, hal ini disebabkan oleh jumlah dokter yang relatif sedikit sehingga permintaan akan layanan kesehatan sangat tinggi. Rata-rata gaji dokter spesialis di Korea Selatan pada tahun 2020 mencapai US$192.749 atau sekitar Rp3,03 miliar.
Namun, dokter yang membuka praktik mandiri memiliki rata-rata pendapatan tahunan sebesar US$298.800 atau sekitar Rp4,69 juta. Sementara dokter spesialis yang membuka praktik mandiri rata-rata memperoleh pendapatan US$234.967 atau sekitar Rp3,69 juta per tahun, yang ternyata masih rendah dibandingkan dengan negara seperti Belgia.
Korea Selatan memiliki rasio dokter terhadap jumlah penduduk yang rendah, yakni 1.000 orang ditangani oleh rata-rata 2,6 dokter aktif pada tahun 2021. Hal ini membuat permintaan terhadap layanan kesehatan terus tinggi meskipun jumlah lulusan sekolah kedokteran di negara tersebut juga rendah.
Pada 2021, rata-rata warga Korea Selatan menerima 15,7 konsultasi rawat jalan per tahun, yang merupakan angka tertinggi di antara negara-negara OECD. Angka ini berlipat-lipat lebih besar dibandingkan with average OECD yang sebesar 5,9.
Di tengah kondisi seperti ini, para dokter di Korea Selatan memperjuangkan hak-hak mereka melalui protes yang mengundang perhatian publik dan menjadi sorotan media internasional.