Home Berita Guru Lentera Peradaban: Potret Inspiratif Rakyat Sulsel

Guru Lentera Peradaban: Potret Inspiratif Rakyat Sulsel

0

Pada tanggal 3 September 2025, Menteri Agama Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA memberikan pidato dalam pembelajaran Pendidikan Profesi Guru (PPG) di UIN Jakarta. Pidato tersebut tidak hanya bersifat seremonial, tetapi juga menjadi refleksi filosofis, sufistik, dan motivasi spiritual bagi para pendidik. Menurut Menteri Agama, guru merupakan subkultur pendidikan yang memiliki peran strategis dalam menentukan arah dan kualitas peradaban bangsa. Guru dituntut untuk terus mengembangkan profesionalitas holistik dalam aspek belajar dan mengajar.

Dalam etimologi kata “guru” berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti sosok yang mengusir kegelapan dengan cahaya ilmu. Guru bukan hanya mengajar, tetapi juga sebagai pembawa cahaya, penyalur energi spiritual, dan penuntun kehidupan murid. Dalam perspektif sufistik, guru memiliki kedudukan yang setara dengan mursyid, dimana ia membimbing bukan hanya dengan kata-kata, tetapi juga melalui spiritualitas.

Menteri Agama juga membedakan antara pengajar, pendidik, dan guru. Pengajar hanya melahirkan ilmuwan, pendidik melahirkan intelek, sedangkan guru melahirkan cendekia yang juga menghadirkan resonansi sosial. Guru dipandang sebagai “nabi kecil” yang melalui keberadaannya membimbing murid menuju kebenaran.

Meskipun terdapat tanggapan yang berbeda terkait makna spiritualitas dan kemuliaan guru dalam masyarakat, Menteri Agama menyampaikan permohonan maaf dan mengklarifikasi pandangannya. Kementerian Agama juga terus mengimplementasikan kebijakan untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, dan kesejahteraan guru, termasuk melalui program PPG, tunjangan profesi, insentif, dan rekrutmen ASN dan PPPK.

Secara keseluruhan, refleksi dari pidato Menteri Agama menunjukkan bahwa guru merupakan lentera peradaban yang menggabungkan dimensi pengetahuan, keterampilan, nilai, dan spiritualitas. Guru merupakan investasi peradaban dan amal jariyah yang tak pernah putus. Dalam bahasa sufistik, guru dianggap sebagai jalan menuju kebeningan hati. Kita patut berterima kasih kepada Menteri Agama yang secara konsisten membimbing umat dan menyalakan lentera peradaban untuk Indonesia.

Source link

Exit mobile version