Pemilihan Ketua RT dan RW Langsung: Persoalan Sampah di Lingkungan
Pemilihan langsung dan serentak Ketua Rukun Tetangga (RT) merupakan kemajuan demokrasi yang akan diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Makassar. Dalam bulan Juni ini, sejumlah 4.965 RT dan 992 RW akan memilih pemimpin mereka di 15 Kecamatan dan 153 kelurahan. Harapan terbesar adalah agar pemilihan ini dapat berjalan lancar sehingga Ketua RT definitif dapat segera dilantik untuk mendukung program kerja pemerintah serta mewujudkan visi dan misi walikota terpilih.
Sebagai seorang Penjabat RT (Pj RT), penulis merasakan keterbatasan dalam memberikan ide dan program karena statusnya hanya sementara. Namun, modal sosial yang telah terbangun dalam lingkungan tetangga dapat menjadi wadah yang kuat untuk merapatkan hubungan antarwarga. Sarana tempat ibadah seperti masjid sering kali menjadi tempat pertemuan warga dan menjadi basis terbentuknya RT dan RW di sekitarnya.
Penulis menyoroti masalah distribusi sampah sebagai keluhan utama warga di sekitarnya. Sampah yang tidak diangkut dalam beberapa hari menyebabkan kekotoran dan polusi yang tidak diinginkan. Warga juga menyoroti janji walikota terpilih terkait pembebasan iuran sampah yang membuat mereka berasumsi tidak perlu lagi membayar. Pemerintah setempat telah memberikan penjelasan dan melakukan pendataan terkait hal ini.
Diharapkan agar Pemerintah Kota Makassar dapat membuat regulasi yang jelas terkait pengelolaan sampah, termasuk pemilahan sampah basah dan kering untuk memudahkan petugas kebersihan. Peran masyarakat juga sangat penting dalam hal ini, seperti kebiasaan menggunakan tas belanja ramah lingkungan yang saat ini didukung oleh banyak pelaku usaha. Kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan pengelolaan sampah menuju arah yang lebih berkelanjutan untuk Kota Makassar yang lebih bersih dan sehat.
