OpenAI baru saja merilis fitur baru yang menjanjikan, yaitu Deep Research, yang dihadirkan dalam ChatGPT Pro. Fitur ini diklaim dapat memberikan analisis mendalam layaknya seorang pakar manusia namun dalam waktu yang lebih singkat. Deep Research dijelaskan sebagai asisten riset yang mampu mengungguli analis terlatih, dengan kemampuan untuk mencari informasi di web, mengumpulkan sumber-sumber relevan, dan menyusun laporan terstruktur secara otomatis.
Meskipun fitur ini memberikan manfaat yang besar, ada beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan. Proses kerja Deep Research dimulai dengan pengguna yang mengajukan permintaan riset, seperti analisis pasar atau ringkasan kasus hukum. AI kemudian akan mengklarifikasi tugas tersebut dengan mengajukan pertanyaan lanjutan untuk memperjelas ruang lingkup riset. Selanjutnya, AI akan melakukan pencarian data di web dari berbagai sumber, termasuk artikel berita, makalah penelitian, dan basis data online. Informasi yang ditemukan akan disintesis dan disusun menjadi laporan terstruktur lengkap dengan sumber-sumber yang dikutip, yang kemudian diserahkan kepada pengguna dalam waktu 5 hingga 30 menit.
Namun, ada beberapa tantangan dan kekurangan yang perlu diperhatikan. Deep Research cenderung kurang memahami konteks dari informasi yang disajikan, dan sering melewatkan pembaruan terbaru dalam keputusan hukum atau perkembangan ilmiah. Selain itu, seperti halnya model AI lainnya, Deep Research kadang-kadang dapat menghasilkan informasi yang tidak akurat atau “berhalusinasi”, serta kesulitan dalam membedakan fakta dan fiksi. Oleh karena itu, meskipun Deep Research dapat menjadi alat yang berguna dalam riset, pengguna tetap perlu melakukan verifikasi terhadap hasil yang diberikan oleh AI ini dengan hati-hati.