Liputan6.com, Jakarta- Manchester United baru saja memberhentikan pelatih kepala meraka Erik ten Hag setelah kalah 1-2 atas West Ham United pada pertandingan 27 Oktober 2024 silam, namun jadi banyak pertanyaan dan juga kritik tajam para jurnalis dan fans garis keras Manchester United kenapa tidak lebih awal dipecat? Karena sejak awal musim, bentuk permainan MU tidaklah sefantastis banyaknya pemain yang dibeli oleh meneer Belanda ini.
Ten Hag bergabung dengan Manchester United pada awal musim 2022-2023 setelah MU lama tidak memlikin pelatih kepala yang dapat memuaskan para fansnya sepeninggal Sir Alex Ferguson. Sebenarnya Ten Hag sudah memberikan 2 gelar kecil pada 2 musim sebelumnya yakni Piala Liga dan Piala FA pada dua musim berturut-turut kepemimpinannya.
Akan tetapi perjalanan pada kompetisi liga resmi dan Liga Europa terseok-seok dan tidak membuat klub besar ini ditakuti oleh rival-rivalnya, yang mana para fans sudah tidak percaya atas kepemimpinan pelatih berkepala pelontos ini.
Kondisi terburuk adalah di awal musim ke-3 ini, fakta yang sangat jelas pembelanjaan pemain di awal musim ke-3 ini cukup fantastis seperti dilansir SkySport sudah 195 juta poundsterling (belum termasuk belanja pemain 2 musim sebelumnnya hampir 420 juta pound), namun prestasi di liga lokal sangatlah buruk apalagi di eropa.
Banyak yang berpendapat juga termasuk saya beranggapan setelah MU mengangkat Piala FA, pihak board Setan Merah harusnya mengganti Ten Hag karena selama musim kompurisi performanya sangat buruk dan kemenangan di Final FA juga tidak terlepas dari sebuah keberuntungan.
Namun seharusnya kekalahan telak kedua dari Tottenham Hotspur dengan skor 0-3 (sebelumnya dengan skor yang sama dari Liverpool) di kandang sendiri pada akhir Sepetember harusnya sudah menjadi kartu merah bagi pelatih berkebangsaan Belanda ini karena peringkat akhir klasemen untuk sekelas tim berjuluk Setan Merah ini hanya berada di posisi 14, dan juga untuk di kelas Liga Europa baru menduduki peringkat 21.