Tuesday, November 5, 2024
HomeGaya HidupAda Benda Sakti di Pusat Jakarta, Diziarahi Perempuan Agar Hamil

Ada Benda Sakti di Pusat Jakarta, Diziarahi Perempuan Agar Hamil




Jakarta, CNBC Indonesia – Saat mengunjungi kawasan Kota Tua, Jakarta, mata orang akan terfokus pada wujud Meriam Si Jagur. Mereka teralihkan berkat detail di ujung meriam berupa jempol dijepit jari tengah dan telunjuk.

Orang-orang kiwari menganggap tanda itu menjadi simbol cabul dan mesum. Tidak salah memang. Namun, faktanya itu merupakan simbol kesuburan yang beranjak dari budaya Hindu Lingga-Yoni.

Daya tarik meriam tersebut tak hanya terjadi di masa sekarang saja, tapi juga sejak dahulu kala. Bahkan, lebih parah: dianggap sakti sampai diziarahi dan dianggap pembawa keberuntungan.




Detail di cincin pangkal, cascabel, dan gagang ujung meriam. (Dok: Wikipedia)Foto: Detail di cincin pangkal, cascabel, dan gagang ujung meriam. (Dok: Wikipedia)

Perlu diketahui, Meriam Si Jagur dibuat pertama kali oleh Manuel Tavarez Bocarro pada 1641. Meriam ini sudah beberapa kali pindah tempat. Awalnya di Museum Oud Batavia, lalu ke Museum Nasional, dan berakhir di Kawasan Kota Tua di antara Museum Wayang & Museum Fatahilah.

Dari perpindahan satu hal pasti terkait meriam seberat 3,5 ton itu adalah cerita kesaktian yang tak pernah hilang dan lekang dari zaman.

Sejarawan Denys Lombard dalam Nusa Jawa Silang Budaya: Warisan Kerajaan-kerajaan Konsentris (1996) menceritakan sepanjang abad ke-19 banyak pengembara yang terpikat pada perempuan. Dari sini diketahui bahwa perempuan itu sering mendatangi Meriam Si Jagur untuk meminta keturunan. Biasanya, mereka adalah perempuan mandul.

Cerita lain juga dipaparkan Adolf Heuken dalam Tempat-Tempat Bersejarah di Jakarta (1997). Diketahui, akibat ada simbol kesuburan di meriam tersebut, banyak orang menjadikannya sebagai benda keramat.

Para perempuan biasa menabur bunga-bunga di meriam pada hari kamis. Lalu, duduk di atas meriam itu seraya berharap mendapat kesuburan. Selain itu terkadang mereka juga membakar kemenyan, sehingga di sekitar meriam dipenuhi asap.

Sikap-sikap takhayul atas meriam lantas melahirkan sedikit cuan bagi mereka yang memungutnya. Hal ini diceritakan ulama kharismatik Buya Hamka dalam Bunga Rampai: Catatan dan Kenangan Hamka (2023).

Diketahui, terdapat kotak uang di Meriam Si Jagur yang dijaga oleh para perempuan tua. Biasanya para pengunjung memasukkan uang ke dalam kotak tersebut.

Tak diketahui berapa banyak uang yang masuk, tapi dapat dipastikan para penjaga mendapat uang tak sedikit. Apalagi, Meriam Si Jagur jadi tempat ziarah orang-orang setelah atau sebelum mengunjungi Makam Kramat Luar Batang. Keuntungan juga makin banyak saat mereka menjual payung yang dianggap sakti.

Payung tersebut berwarna merah dan kuning yang dibeli dan dibawa pulang peziarah untuk ditaruh di tempat tidur. Tak heran, saat meriam dipindahkan ke Museum Nasional pada 1953, para penjaga itu tak terima.

“Para perempuan tua yang menjadi “penjaga” atau telah bertahun-tahun memungut uang sedekah di tempat itu melongo sambil mengomel,” kata Hamka.

Akibat dianggap keramat, muncul pula cerita mistis atas meriam. Salah satunya, soal meriam itu tak bisa diangkat meski oleh traktor yang berat. Namun, kata Hamka, itu semua hanya kebetulan belaka.

Pada pokoknya, Meriam Si Jagur hanya dibuat untuk kepentingan pertahanan. Tak ada unsur mistis dan takhayul yang keluar dari benak sang pencipta meriam. Unsur-unsur non-logis itu justru keluar dari benak masyarakat. 

Saksikan video di bawah ini:

Ekonomi Sulit, Bisnis Skincare Anak Masih Menarik?





Next Article



Alasan Tuyul Tak Curi Uang di Bank, Padahal Berlimpah



(mfa/mfa)

Source link

BERITA TERKAIT

berita populer