MAKASSAR, RAKYATSULSEL – Tiga figur potensial Partai Golkar Sulawesi Selatan tengah bersaing memperebutkan rekomendasi untuk maju di Pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan 2024. Adnan Purichta Ichsan, Ilham Arief Sirajuddin (IAS), dan Indah Putri Indriani masing-masing sudah mengantongi surat tugas dari partai.
Ketiganya kemudian ‘diadu’ dalam simulasi survei internal untuk mengukur popularitas dan elektabilitas. Di satu sisi, rekomendasi Partai Golkar juga diincar oleh figur partai lain dengan kompensasi akan dijadikan sebagai orang nomor dua di panggung kontestasi.
Sejatinya, Partai Golkar mengeluarkan lima nama kader yang disiapkan untuk maju di Pilgub Sulsel. Namun, Nurdin Halid dan Taufan Pawe, lebih dahulu memilih undur diri setelah terpilih menjadi legislator DPR RI. Tersisa Adnan, IAS, dan Indah yang rutin melakukan sosialisasi menghadapi proses kontestasi.
Ketua Partai Golkar Sulsel, Taufan Pame mengatakan belum mendapatkan jadwal pasti dari DPP ihwal pengumuman rekomendasi final untuk bakal calon gubernur Sulsel. Dia hanya memperkirakan bila DPP akan segera menentukan sikap dalam beberapa pekan ke depan.
“Intinya, Golkar memprioritaskan kader internal dengan bukti pemberian surat rekomendasi. Kami juga menunggu keputusan dari DPP,” ujar Taufan, Selasa (2/7/2024).
Menurut dia, hingga saat ini DPP Golkar belum mengerucut pada satu nama yang akan diusung. Taufan mengatakan, DPP kemungkinan terus mempertimbangkan dengan matang sebelum mengambil keputusan.
“Golkar itu partai yang berpengalaman dan selalu menjunjung tinggi prinsip-prinsip tata kelola sebelum mengambil keputusan,” imbuh Taufan.
Eks Wali Kota Parepare itu tak ingin berspekulasi mengenai adanya figur luar yang diincar oleh Golkar. Dia mengatakan, pengurus Golkar Sulsel paling memahami masalah secara mendalam baik secara sosial maupun kultural di Sulsel.
Begitu pula dengan simulasi survei, kata Taufan, hal tersebut merupakan ranah dari pengurus pusat. Menurut dia, survei memang merupakan salah satu indikator yang harus diperhatikan, tetapi bukan satu-satunya variabel.
“Soal wilayah survei itu adalah wewenang DPP Golkar dalam mengamati, mencermati, dan memutuskan. Memang survei adalah indikator yang harus dipedomani, tetapi ada indikator lain juga yang harus jadi pertimbangan,” imbuh Taufan.
Sebelumnya, DPD I Golkar Sulsel, membocorkan hasil survei internal yang dilakukan DPP terkait elektabilitas calon gubernur Sulsel. Hasilnya, mantan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin (IAS) dianggap paling potensial untuk diusung di Pilgub Sulsel.
Sekretaris Golkar Sulsel Marzuki Wadeng membenarkan pihaknya sudah menuntaskan survei internal untuk tahap pertama. Dia menyebut sejumlah kader Golkar yang telah diberi surat tugas untuk maju di Pilgub Sulsel terpotret oleh survei tersebut.
“Survei Golkar yang pertama sudah ada. Semua yang diberikan surat tugas DPP masuk dalam radar karena memang kader internal yang diutamakan,” ujar Marzuki.
Meski elektabilitas figur eksternal turut terpotret di survei, Marzuki menegaskan pihaknya akan tetap memprioritaskan kader internal untuk diusung. Sementara figur eksternal harus menjadi kader Golkar jika mau diusung.
“DPP yang tahu persis mana yang paling potensial. Kami cuma disampaikan oleh DPP bahwa yang berpeluang ada Pak Ilham, kalau dianggap berpeluang tentu surveinya lebih bagus,” imbuh dia.
“Tapi kalau berapa nilai surveinya saya tidak tahu, tidak diinfokan oleh DPP,” sambung Marzuki.
Sementara hasil survei untuk kader Golkar lainnya seperti Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani dan Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan, Marzuki mengaku tidak tahu persis.
“(Setelah IAS) tidak diinfokan detail, tapi paling Indah. (Survei Adnan) tidak dijelaskan juga, tidak ada rincian. Tapi semua ini yang dikasih surat tugas kemarin masuk survei, berapa nilai surveinya tidak disampaikan. Kalau Adnan mau serius harus lebih giat sosialisasi,” ucap dia.
Marzuki mengungkapkan bahwa semua kader Golkar tersebut masih berpeluang diusung di Pilgub Sulsel. DPP Golkar, kata dia, masih akan melakukan survei untuk pada bulan ini.
“Intinya tergantung hasil surveinya karena itu yang dihitung DPP. Kami cuma mengikuti saja dan mendukung apa yang baik untuk kader,” kata dia.
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin, Profesor Sukri Tamma menilai, Partai Golkar mengalami sikap dilema yang berdampak hingga saat ini belum menentukan sikap atas kadernya yang bakal diusung dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulsel 2024. Hal tersebut dipicu oleh beberapa faktor.
Salah satunya, kata dia, karena waktu yang masih kurang lebih dua bulan sebelum pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). Dia mengatakan, waktu yang terbilang masih panjang ini dinilai penting untuk dimanfaatkan Partai Golkar dalam melihat progres beberapa kader yang potensial.
“Pertama waktunya masih cukup, karena mendaftar nanti akhir Agustus, atau awal September. Jadi masih ada sekitar dua bulanan mempersiapkan (pilihan), jadi tidak terburu-buru,” kata Sukri.
Selama ini, sambung dia, Partai Golkar di Sulsel disebut memang memiliki modal yang cukup besar karena tidak pernah kekurangan kader atau figur yang memiliki potensi untuk diusung dalam pilkada, baik tingkat kabupaten/kota maupun provinsi. Namun karena banyaknya kader yang potensial itulah membuat partai besutan Airlangga Hartarto ini terkesan kebingungan dan dilematis dalam menentukan sikap.
“Repotnya memang karena sejak dulu punya kader-kader yang bagus-bagus dan harus menentukan satu saja itu agak dilematis. Sekarang ini ada beberapa nama, ada Indah (Indah Putri Indriani), IAS (Ilham Arief Sirajuddin), kemudian Adnan (Adnan Purichta Ichsan) juga disebutkan,” kata Sukri.
“Itu yang kemudian membuat mereka (pengurus Partai Golkar) harus betul-betul (tepat) karena disisi lain mereka harus memutuskan satu diantara banyak kandidat atau kadernya yang potensial yang diharapkan bisa bersaing dan menang. Makanya mereka harus berhati-hati,” sambung dia.
Alasan lain, menurut Sukri, hingga saat ini Golkar belum menentukan figur yang diusung dikarenakan partainya kekurangan kursi. Posisi ini dinilai menjadi kendala bagi Partai Golkar karena harus memilih beberapa partai yang bisa menerima calon atau figur yang diusung.
“Ini juga terkait dengan hitung-hitungan akan siapa pasangan akan cocok. Artinya kandidat siapa kira-kira yang bisa mencukupkan nanti kursi kalau dia yang didorong maju, bisa tidak mendapatkan dukungan dari partai lain untuk mencukupkan kursi. Karena kan tidak mungkin tidak (koalisi), harus bareng partai lain. Dan bisa jadi juga partai-partai lain akan melihat siapa kandidat yang didorong Golkar, apakah memenuhi standarnya atau sesuai keinginan partainya, atau bisa bekerja sama dari kandidat partai lain yang diendorse,” ujar Sukri.
Bahkan, menurut Sukri, kepentingan pengurus Partai Golkar sendiri juga harus mampu dirangkul oleh figur yang diusung nantinya. Mengingat dalam internal partai juga ada banyak kepentingan.
“Karena tentu akan ada banyak juga kepentingan di Golkar. Golkar juga kan tidak akan satu suara langsung karena ada banyak hal. Nah mana yang dekat dengan kepentingan mereka, yang mana bisa merepresentasikan kepentingan Golkar. Ini yang saya kira hitungannya, karena pasti tidak ingin tiketnya itu sia-sia,” tutur Sukri.
Kekalahan Partai Golkar dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 di Sulawesi Selatan juga dinilai termasuk dalam hitungan-hitungan petinggi Partai Golkar menentukan usungannya. Kejayaan partai berlambang beringin ini harus dikembalikan lewat kemenangannya di Pilgub 2024 dengan kader yang tepat.
“Ini saya kira penting untuk mengembalikan dominasinya. Karena misalnya menentukan kandidat yang tidak bisa bersaing dan kalah itu juga akan menjadi preseden buruk bagi Golkar ke depannya,” kata Sukri.
Koalisi Golkar-PKB
Sementara itu, koalisi Partai Golkar dan Partai Keban untuk pilkada serentak di Sulsel, hampir pasti terjadi di tiga daerah seperti Barru, Makassar, dan Takalar. Di Kabupaten Barru PKB telah memberikan rekomendasi kepada Andi Ina Kartika Sari, kemudian di Kota Makassar, PKB dan Golkar bersepakat bersama meski belum menentukan figur kandidat.
Adapun di Takalar, koalisi ini akan memaketkan kader PKB, Hengky Yasin sebagai bakal calon bupati dengan Golkar. Hanya saja di internal partai Golkar, ada dua kader yang bersaing yaitu, Fahruddin Rangga dan Zulham Arief.
Ketua PKB Sulsel, Azhar Arsyad mengatakan, “Koalisi Pisang-Ijo” tidak hanya berpotensi di Kota Makassar, melainkan juga akan bersama di sejumlah daerah, salah satunya di Takalar dan Barru.
“Jadi PKB sudah menerbitkan rekomendasi ke Andi Ina di Barru. Sementara di Takalar kader PKB, Hengky Yasin sebagai 01, terserah 02-nya dari Golkar, antara Zulham atau Rangga. Makassar juga akan mengarah ke sana,” kata Azhar.
PKB Takalar punya lima kursi, sedangkan Golkar hanya punya tiga kursi. Koalisi ini sudah cukup mengusung pasangan calon.
“Luar biasa perolehan kursi PKB di Takalar. Tentunya mendorong kader menjadi 01 adalah harga mati,” imbuh Azhar.
Sedangkan, kandidat Golkar di Takalar Zulham Arief mendapatkan dukungan dari senior Golkar seperti Hamka B. Kady dan Lukman B. Kady. Hamka menyatakan akan memerintahkan Tim Pemenangan HBK-LBK khususnya di wilayah Takalar untuk memberikan dukungan ke Zulham Arief.
“Insyaallah Tim HBK-LBK all out untuk Zulham di Takalar,” kata Hamka.
Bahkan Anggota DPR RI itu memerintahkan langsung adiknya, Lukman B. Kady untuk turun langsung, agar elektabilitas Zulham Arief terus meningkat. “Nanti kami turun lapangan dampingi Zulham,” ujar dia.
Sedangkan, Ketua DPC PKB Makassar Fauzi Andi Wawo mengatakan, untuk Pilwalkot Makassar, pihaknya tak ingin terburu-buru dalam menentukan calon pendamping Azhar Arsyad di Pilwali Makassar 2024.
“Kami tak mau terburu-buru umumkan, kan ada tiga nama calon pendamping yang sudah ada dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKB,” kata Fauzi.
Namun, dia menyebutkan, tiga nama itu belum tentu dipilih karena PKB akan menurunkan tim survei. Dia menegaskan, figur yang ingin mendapat dukungan dari PKB, harus menggandeng Ketua PKB Sulsel Azhar Arsyad di Pilwali Makassar.
“Wajib menggandeng Azhar dan itu harga mati,” kata dia.
PKB telah mengerucutkan tiga nama pendamping Azhar. Berdasarkan informasi yang dihimpun, tiga nama itu yakni Ketua DPD II Golkar Makassar Munafri Arifuddin (APPI); mantan Bupati Sinjai Andi Seto Gadhista Asapa (ASA); dan Istri Danny Pomanto, Indira Jusuf Ismail. (suryadi-isak pasa’buan/C)