Tuesday, November 5, 2024
HomeBeritaMenanti Gebrakan Para Srikandi - Rakyat Sulsel

Menanti Gebrakan Para Srikandi – Rakyat Sulsel

MAKASSAR, RAKYATSULSEL – Animo kalangan perempuan untuk menjadi salah satu kontestan pada pemilihan kepala daerah serentak di Sulawesi Selatan relatif tinggi. Tak tanggung-tanggung mereka tak sekadar mengincar posisi sebagai orang kedua, tapi berupaya menjadi pilihan yang pertama. Di beberapa daerah, kalangan srikandi ini sudah ada yang mendapatkan pasangan calon meski berstatus sebagai ‘ban serep’. Walau demikian, kehadiran para perempuan ini sangat layak reken di tengah dominasi politik kalangan laki-laki.

Keseriusan beberapa figur perempuan maju di pilkada serentak tak hanya terlihat dari kemeriahan dalam memasang alat sosialisasi. Namun, mereka juga mendatangi partai politik untuk mengambil formulir pendaftaran.

Untuk Pilgub Sulsel, dua perempuan mencoba mengambil bagian. Ada Fatmawati Rusdi yang telah dipasangkan dengan Andi Sudirman Sulaiman dan Indah Putri Indriani yang hingga saat ini belum mendapat ‘tiket’ sebagai kepastian untuk maju.

Di kabupaten dan kota, jumlah perempuan yang ingin maju juga banyak. Ada Indira Yusuf Ismail dan Sri Rahmi di Makassar, Suhartina Bohari di Maros, Husnia Talenrang dan Rismawati Kadir Nyampa di Gowa, serta Nurkanita Maruddani Kahfi dan Andi Sugiarti Mangun Karim di Bantaeng.

Fatmawati yang pada pemilu lalu lolos ke DPR RI menyatakan hanya mengikuti perintah partai untuk maju di Pilgub Sulsel. Menurut dia, pengurus DPP NasDem mendorong untuk bertarung di tingkat provinsi.

“Sebagai kader, kami ikuti perintah partai. Apapun keputusan harus diikuti,” kata Fatmawati, Rabu (29/5/2024).

Adapun, bakal calon Bupati Barru, Andi Ina Kartika Sari mengatakan tekadnya untuk ikut bertarung demi membangun kampung halaman. Dia mengatakan, niat tersebut mendapat restu dari pihak keluarga sebagai pihak utama dalam dalam berjuang nantinya.
“Setelah mendapat izin, saya langsung menyiapkan tim pemenangan,” ujar Andi Ina.

Ketua DPRD Sulsel itu mengatakan, namanya unggul dalam hasil survei dari sejumlah lembaga. Selain itu, dia juga telah mengantongi surat tugas dari DPP Partai Golkar bersama Ketua Golkar Barru, Mudassir Hasri Gani. Andi Ina juga telah mendaftar di beberapa partai politik yakni Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Demokrat, dan PDI Perjuangan.

“Semua perangkat-perangkat sebagai calon sudah saya persiapkan. Saya juga intens berkunjung ke Barru,” imbuh dia.

Bakal calon bupati Kabupaten Sinjai, Andi Kartini Ottong mengatakan telah menjajaki koalisi dengan beberapa partai politik sebagai kendaraan di pilkada.

“Kami mendatangi PKB dan PAN,” kata Kartini.

Kartini yang mengantongi surat tugas dari Golkar sudah punya empat kursi. Dirinya sisa mencari kursi tambahan dari PKB atau PAN untuk mendapatkan tiket masuk. Peluang Kartini untuk terpilih relatif besar karena mantan bupati Andi Seto Asapa memilih pindah bertarung di Kota Makassar.

“Saya telah membangun komunikasi dengan sejumlah figur untuk berpasangan di Sinjai. Sudah ada beberapa nama yang tengah dijaring sebagai calon pendamping,” beber dia.

Direktur Eksekutif PT Indeks Politica Indonesia (IPI) Suwadi Idris Amir mengatakan berdasarkan hasil riset dia lakukan seluruh figur perempuan yang ikut bertarung pada November nanti memiliki peluang untuk bersaing dengan kandidat lain.

“Seperti yang riset kami lakukan di Sinjai, Kartini sementara unggul dari semua figur laki-laki,” katanya Suwadi.

Begitu juga di Parepare, Erna Rasyid Taufan mampu bersaing dengan kader NasDem Tasming Hamid, serta di Barru, Andi Ina dan Ulfa bisa mengalahkan kandidat laki-laki.

“Jadi mereka tidak boleh dianggap remeh pada pilkada nanti,” kata Suwadi.

Keterwakilan perempuan dalam kontestasi politik di Sulawesi Selatan (Sulsel) ikut memberi warna baru dalam dunia perpolitikan. Srikandi-srikandi itu muncul untuk bersaing dengan politikus laki-laki, sekaligus mematahkan stigma jika mereka juga bisa memimpin sama seperti laki-laki.

Munculnya beberapa nama politisi perempuan dalam Pilkada Serentak 2024 di Sulsel, dinilai Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Profesor Firdaus Muhammad, sebagai suatu fenomena yang baru sekaligus menarik perhatian publik.
“Ini fenomena yang menarik di Sulawesi Selatan, yaitu manggungnya sejumlah politikus perempuan,” ujar Firdaus.

Menurut dia, keikutsertaan perempuan dalam kontestasi Pilkada ini bukan karena alasan pemenuhan kuota perempuan, akan tetapi muncul karena kualitas diri mereka yang mampu dibuktikan bahwa mereka juga kompeten dan mampu bersaing sama seperti politisi laki-laki.

“Jadi tidak sekadar karena dia perempuan, tapi memiliki fancy (disukai), jadi tidak karena alasan kuota perempuan. Bukan lagi jatah perempuan tapi lebih pada politisi perempuan untuk berkontestasi dengan laki-laki. Jadi ini tidak lagi pada dimensi gendernya, tapi pada kompetensinya dan mereka bisa buktikan, mereka bisa tunjukkan,” kata dia.

Firdaus mencontohkan, Fatmawati Rusdi dalam perjalanan politiknya berhasil mencatatkan diri sebagai perempuan pertama yang menjabat Wakil Wali Kota Makassar. Termasuk keterpilihannya dua kali sebagai anggota DPR RI.

Sama dengan Indah Putri Indriani, yang secara pengalaman dalam dunia politik disebut telah dibuktikan dengan keterpilihannya sebagai Bupati Luwu Utara dua periode.

“Artinya perempuan juga kompeten dan memiliki kemampuan berkompetisi sama dengan laki-laki, sehingga cukup diperhitungkan,” tutur Firdaus.

Sementara Indira Jusuf Ismail, Firdaus menyebut, meskipun secara elektabilitas belum pernah dibuktikan baik legislatif maupun eksekutif, namun jejaring politiknya patut diperhitungkan, utamanya di Pilwalkot Makassar. Nama Danny Pomanto di belakang Indira disebut bakal memberikan pengaruh dalam perpolitikan, termasuk dalam peluang memenangkan Pilwalkot Makassar. Dasar itulah, kata Firdaus, salah satu alasan sejumlah figur mulai mendekati Indira Jusuf Ismail.

Sedangkan, Andi Ina Kartika Sari yang disebut-sebut akan ikut maju di Pilkada Barru disebut kualitas dan elektabilitas telah dia buktikan dengan keterpilihannya sebagai anggota legislatif, sekaligus Ketua DPRD Sulsel.

“Ibu Indira Jusuf juga fenomenal karena dia berusaha mengikuti jejak suaminya dan sudah banyak dibicarakan. Jadi harus diingat, buka hanya personalitinya saja tapi juga jejaring politiknya, sama dengan ibu Fatmawati yang tidak bisa dipisahkan peran RMS (Rusdi Masse Mappasessu),” ucap dia.

“Jadi ini juga kesempatannya, ada peluang-peluang yang menguntungkan mereka. Ibu Indira secara personaliti publik mungkin masih mempertanyakan, tapi jika melihat jejaring dari pak Danny itu kemudian ibu Indira didatangi sejumlah figur, didatangi Appi (Munafri Arifuddin), Rahman Bando, dan Rahman Pina. Artinya, dia sudah menjadi semacam episentrum, bukan karena Indira tetapi pak Danny. Jadi tidak melihat figur, personalitinya, tapi juga dilihat bahwa dia diuntungkan oleh jejaringnya,” sambung dia.

Menurut Firdaus, munculnya nama-nama politikus srikandi ini memberikan pengaruh positif dalam perpolitikan di Sulsel dan harus mendapatkan respon positif pula dari masyarakat. Perempuan di Sulsel disebut tidak lagi dilihat sebagai figur yang hanya ikut meramaikan kontestasi saja, tetapi mereka juga memiliki kualitas yang sangat diperhitungkan.

“Semakin banyak perempuan maju maka menunjukkan bahwa perempuan semakin diperhitungkan dalam perpolitikan Sulsel,” kata Firdaus.

Hanura juga Rekomendasi Danny

Partai Hanura juga mengeluarkan rekomendasi kepada Danny Pomanto untuk maju di Pilgub Sulsel. Rekomendasi tersebut diteken oleh Ketua Umum Hanura, Oesman Sapta dan diserahkan langsung Ketua DPD Hanura Sulsel, Amsal Sampetondok di kantor Hanura Sulsel, kemarin.

Sebelumnya, Hanura juga menyerahkan rekomendasi kepada Ilham Arief Sirajuddin. Partai yang punya satu kursi di DPRD Sulsel itu menilai IAS dan Danny adalah figur yang punya kans besar terpilih pada 27 November nanti.

Ada beberapa poin yang tertuang dalam surat rekomendasi tersebut. Di antaranya, melakukan sosialisasi dan komunikasi di internal Partai Hanura. Melakukan komunikasi dengan pihak eksternal untuk pemenuhan syarat pencalonan sebagai kepala daerah atau menambah dukungan partai koalisi untuk memenuhi minimal persyaratan pencalonan.

Di mana, syarat maju di Pilgub Sulsel adalah 20 persen dari total jumlah kursi sebanyak 85 di DPRD Sulsel atau minimal 17 kursi. Sementara PDI-P yang merupakan partai Danny Pomanto telah memperoleh 6 kursi di DPRD Sulsel.

Surat rekomendasi ini berlaku sejak tanggal ditetapkan yakni 21 Mei 2024 dan berakhir 21 Juni 2024, dan apabila Cakada tidak memenuhi syarat pencalonan dukungan partai minimum koalisi maka surat rekomendasi ini dinyatakan tidak berlaku.

“Isinya ini tentunya dari DPP memerintahkan kepada kandidat terkhusus Danny Pomanto untuk segera mencari partai koalisi lainnya, dan bangun terus komunikasi dengan pihak internal Partai Hanura dan eksternal partai lain,” kata Amsal.

Dengan pengalamannya di birokrasi dan dua periode memimpin Makassar, ia menilai sosok Danny Pomanto adalah calon yang layak untuk diusung di Pilgub Sulsel 2024-2029.

“Danny punya pengalaman yang sudah banyak, dan saya lihat kemarin beliau satu-satunya wali kota yang diundang di Bali. Pengalaman dalam pemerintahan dan itu yang saya lihat begitu menonjol, di samping beliau memenuhi syarat untuk diusung oleh Partai Hanura,” ujar Amsal.

Sementara itu, Danny merasa tersanjung dengan surat rekomendasi yang dikeluarkan DPP Partai Hanura. Apalagi Hanura menjadi partai pertama yang menyatakan dukungannya di Pilgub Sulsel 2024-2029.

“Ini sebuah penghargaan bagi saya karena belum ada satupun partai seperti Hanura yang respons cepat memberikan surat tugas atau rekomendasi dari internal Partai Hanura,” ujar Danny.

Sementara itu, Partai Demokrat tengah menjajaki figur yang akan diusung untuk melawan pasangan Andi Sudirman-Fatmawati. Ketua Demokrat Sulsel Ni’matullah mengatakan, tidak tertutup kemungkinan Demokrat membuka poros baru untuk mengusung pasangan calon lain.

“Namanya politik, semua masih bisa terjadi,” kata dia.

Demokrat Sulsel mengontrol enam kursi di DPRD Sulsel. Untuk menggenapkan syarat usungan 17, Demokrat butuh koalisi 3 atau empat partai. Ni’matullah mengatakan, masih melakukan komunikasi lintas partai. Selain itu pihaknya juga mencari figur yang bisa diandalkan.

Dia mengatakan, pada Pilgub Sulsel 2024 diperkirakan akan diikuti tiga-empat pasangan calon. Dia juga mengapresiasi NasDem Sulsel yang lebih dahulu mengusung pasangan calon setelah mendapat 17 kursi hasil pemilu, Februari lalu.

“Tentu siapapun lawannya, menurut saya jangan pakai narasi siap lawan. Semua kandidat yang maju ini siap berkontestasi. Semua politisi berkewajiban menjaga suasana tetap kondusif,” ujar dia. (fahrullah-isak pasa’buan-suryadi/C)

Source link

BERITA TERKAIT

berita populer