Tuesday, November 5, 2024
HomeKesehatanStrategi Berpuasa Penderita DM di Bulan Ramadhan

Strategi Berpuasa Penderita DM di Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan adalah bulan yang selalu dinantikan oleh setiap umat muslim di dunia. Berpuasa selama satu bulan penuh pada bulan suci Ramadhan merupakan kewajiban bagi seluruh umat islam yang mampu dan sehat. Seluruh umat muslim menahan lapar dan dahaga mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Begitu juga untuk para penderita diabetes, kegiatan berpuasa memiliki tantangan tersendiri untuk dapat terhindar dari resiko kekurangan cairan (dehidrasi), kadar gula terlalu tinggi hingga resiko turunnya kadar gula darah secara tiba – tiba. Perlunya pemahaman yang mendalam serta pengalaman yang benar mengenai bagaimana strategi berpuasa di bulan Ramadhan khususnya bagi penderita diabetes.

Menurut Studi Epidemiology of Diabetes and Ramadhan (EPIDIAR) pada tahun 2010 menunjukkan bahwa 1.9 milyar jiwa penduduk yang terdiagnosis diabetes yang berpuasa di bulan Ramadhan dari 13 Negara Muslim di Dunia dan akan meningkat sekitar 73% pada tahun 2050, dimana 42.8 % tergolong diabetes tipe 1 dan 78.7% merupakan pasien terdiagnosis diabetes tipe 2. Studi terakhir menunjukkan angka peningkatan lebih dari 116 juta orang dengan diabetes yang memiliki rentang umur 20 – 79 tahun dari seluruh dunia diperkirakan berpuasa selama bulan Ramadhan. Hasil riset kesehatan dasar menunjukkan bahwa Indonesia, yang termasuk negara dengan populasi muslim terbesar didunia, menunjukan bahwa penduduk dengan diabetes akan semakin meningkat dari 6.9% di tahun 2013 menjadi 8.3 % di tahun 2018. Jumlah ini diperkirakan akan semakin meningkat dan dapat mencapai 16.7 juta pasien per tahun 2045.

Pada keadaan normal, tubuh harus mempertahankan kadar glukosa darah melalui mekanisme kerja hormon insulin dan hormon kontraregulator insulin seperti hormon glukagon, hormone pertumbuhan, hormon kortisol dan epinefrin. Adapun tujuannya untuk mempertahankan glukosa agar dapat dipakai sebagai sumber energi utama yang krusial untuk otak, jaringan saraf serta sel – sel darah. Namun dalam keaadan puasa (tidak ada asupan kalori dari makanan kedalam tubuh), untuk mempertahankan kadar glukosa normal didarah, tubuh akan melakukan pemecahan glikogen hati menjadi glukosa, sehingga dapat digunakan sebagai sumber energi dari otak. Setelah itu sumber glukosa darah adalah asam lemak yang dipecah dengan berbagai macam mekanisme. Pada pasien DM, adanya gangguan pada pengeluaran insulin dan glukagon serta resistensi insulin yang menyebabkan beberapa gangguan yaitu hipoglikemia (kadar gula darah menurun), hiperglikemia (kadar gula darah naik tinggi) dan meningkatnya variabilitas glukosa darah. Resistensi insulin yang terjadi dapat menganggu mekanisme hormon kontraregulator dan menyebabkan gangguan tonus simpatis adrenal sehingga meningkatkan resiko hipoglikemia selama berpuasa di bulan Ramadhan.

Resiko yang sering terjadi pada saat penderita diabetes berpuasa dibulan Ramadhan adalah resiko glukosa darah turun secara tiba – tiba. Pada keadaan ini, seorang pasien dengan diabetes dapat merasakan gejala gelisah dan berkeringat, gemetar, berdebar-debar, rasa kesemutan pada lidah dan bibir, bingung hingga penurunan kesadaran. Selain itu resiko glukosa darah yang tiba tiba meningkat tinggi juga dapat mengancam seorang diabetisi ketika berpuasa dibulan Ramadhan. Kondisi peningkatan glukosa darah ini akan membuat semakin cepat keadaan komplikasi DM yang terjadi pada pembuluh darah yang besar dan kecil, seperti gangguan di retina, gangguan di saraf, gangguan ereksi pada pria, hingga penyakit jantung coroner dan stroke.

Puasa Ramadhan yang dilakukan hanya sekitar 12 jam tersebut tidaklah terlalu menganggu kesehatan pada orang sehat dan pada penderita diabetes dengan kadar glukosa darahnya yang terkontrol. Perlu untuk diingat bahwa selama bulan puasa selain terjadinya perubahan jadwal makan, akan juga terjadi perubahan asupan kalori dan lemak yang dikonsumsi. Ada 3 hal yang perlu diperhatikan oleh penderita diabetes :

Pertama, Seorang penderita diabetes mellitus disarankan berkonsultasi ke dokter satu atau dua bulan sebelum puasa ramadhan dimulai. Dokter akan melakukan pemeriksaan medis untuk mengecek status kesehatan pasien, apakah pasien aman untuk melaksanakan puasa ramadhan atau tidak. Ada beberapa hal yang akan diperiksa dokter antara lain kondisi umum pasien, kadar gula darah, tekanan darah, dan jenis obat yang dikonsumsi oleh pasien. Setelah itu dokter baru bisa mempertimbangkan apakah pasien aman untuk menjalankan ibadah puasa atau tidak.

Kedua, Pasien diabetes mellitus juga harus memodifikasi aktifitas fisiknya pada saat menjalankan puasa. Olahraga pada saat berpuasa tidak direkomendasikan terutama pada pasien yang memiliki gula darah yang tidak stabil. Kegiatan berolahraga dianjurkan dilaksanakan setelah berbuka untuk mencegah terjadinya hipoglikemia pada pasien.

Ketiga, Hal yang harus diperhatikan adalah obat – obatan yang di konsumsi. Dokter biasanya akan meng modifikasi obat yang diminum pasien pada saat menjalankan puasa. Perubahan jam makan pada saat puasa yang hanya dilakukan pada saat sahur dan berbuka puasa tentunya akan mempengaruhi jenis dan dosis obat gula yang diminum. Tanpa adanya modifikasi obat – obatan, gula darah pasien tidak akan terkontrol dengan baik.

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah bagi seluruh umat muslim, seyogyanya juga dapat dirasakan oleh semua kalangan, termasuk para penderita diabetes. Semoga dengan melakaukan persiapan yang baik sebelum melakukan ibadah puasa, diharapkan ibadah puasa yang dilakukan selama Bulan Ramadhan membawa terus kesehatan dan berkah oleh sang pencipta.

Sumber

1.Direktorat Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI, 2022, Strategi Berpuasa Bagi Pasien Diabetes

2.Penyakit Tidak Menular Kini Ancam Usia Muda diakses dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia(kemkes.go.id).2020.article/view/20070400003/penyakit-tidak-menular-kini-ancam-usia-muda.html pada 5 Mei 2021

Foto : Ditjend Yankes

Source link

BERITA TERKAIT

berita populer