Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang, Wahyu Utomo, menyatakan bahwa Jalan Tol Semarang-Demak tidak hanya berguna untuk meningkatkan konektivitas di wilayah pantai utara Jawa, tetapi juga membantu mengatasi banjir rob. Menurutnya, jalan tol ini memainkan peran penting dalam memberikan solusi sementara terhadap masalah banjir rob yang sering melanda wilayah tersebut.
Banjir rob di wilayah pantai utara Jawa disebabkan oleh perubahan iklim dan penurunan muka tanah. Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan/Balai Besar Survei dan Pemetaan Geologi Kelautan (BBSPGL), aktivitas pembangunan dan pemanfaatan lahan di wilayah tersebut menyebabkan sedimen non-konsilidasi mengalami pemadatan. Hal ini terutama terjadi di pemukiman, di mana penurunan tanah terjadi lebih cepat karena adanya bangunan di atas tanah.
Jalan Tol Semarang-Demak menggunakan matras bambu yang merupakan inovasi dari PT LAPI ITB, sebuah unit usaha yang dimiliki oleh Institut Teknologi Bandung (ITB). Jalan tol ini dilengkapi dengan 13 lapis matras bambu, tanggul laut, dan kolam retensi untuk membantu mengurangi dampak banjir rob. Infrastruktur ini dibangun dengan investasi sebesar Rp5,44 triliun melalui skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), dan terbagi menjadi dua seksi: seksi 1 sepanjang 10,39 km dan seksi 2 sepanjang 16,31 km.
Pada tahun 2025, diperkirakan seksi 1A dari Jalan Tol Semarang-Demak akan selesai dibangun. Hal ini akan menjadi langkah penting dalam meningkatkan konektivitas dan mengurangi risiko banjir rob di wilayah pantai utara Jawa.