TAKALAR, RAKYATSULSEL – Pada siang hari itu, ketika kalender Masehi telah memasuki triwulan keempat, sebuah pesan telegram tiba di kantor PT Telkom Parepare. Abdul Hamid Daeng Naba, salah satu karyawan di perusahaan tersebut, membaca pesan morse yang masuk.
“Pesan telegram tersebut menyatakan, ‘Ayah, saya lulus di PT Telkom, Daus’.” Pesan tersebut membuat Abdul Hamid sangat bahagia. Anak sulungnya, Mohammad Firdaus Daeng Manye, diterima sebagai karyawan di PT Telkom.
Tanpa ragu, Abdul Hamid segera menyampaikan kabar gembira tersebut kepada rekan dan kerabatnya.
Saat itu, Firdaus, lahir di Makassar pada 12 Juli 1967, masih menjadi mahasiswa di Unhas. Dia berada di semester tujuh pada tahun 1990.
Pada waktu yang sama, PT Telkom sedang mencari mahasiswa untuk direkrut sebagai karyawan. Perusahaan sedang dalam proses restrukturisasi dan fokus pada peningkatan kualitas SDM.
Direktur Utama PT Telkom, Ir. Cacuk Sudariyanto, menginisiasi strategi rekrutmen yang agresif, bahkan menargetkan mahasiswa. Firdaus Daeng Manye melihat kesempatan ini sebagai peluang bagus dan segera mendaftar.
Berbeda dengan ujian masuk universitas yang hanya melibatkan tes tulis, untuk menjadi karyawan PT Telkom, Firdaus harus melewati serangkaian tes, wawancara, dan psikotes. Tahapan seleksi ini tidak membuatnya mundur, dan akhirnya dia berhasil diterima sebagai pegawai PT Telkom.