Sebagai salah satu kebutuhan primer bagi manusia, makanan berkontribusi dalam mempertahankan kelangsungan hidup. Pada zaman dahulu, makanan cepat saji belum berperan penting bagi nenek moyang. Untuk memenuhi kebutuhan pangan, mereka lebih memilih bercocok tanam atau beternak sendiri. Selain itu, mereka bisa mendapatkan bahan pangan dengan cara menjual hasil dari bercocok tanam maupun hasil ternak mereka. Namun, kehadiran makanan cepat saji semakin memanjakan manusia dalam memenuhi kebutuhan primer sehari-hari berkat kecanggihan teknologi pada zaman modern. Pola konsumsi masyarakat Indonesia pun dapat terganti akibat makanan cepat saji, yang semakin banyak restorannya dapat mengubah gaya hidup masyarakat, membuat mereka menginginkan segala sesuatu dilakukan secara instan, praktis, dan cepat tanpa memikirkan kandungan makanan yang mereka konsumsi.
Makanan cepat saji memiliki beragam jenis, dari makanan ringan hingga berat, sehingga kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsinya semakin beraneka ragam. Tentunya hal ini mempengaruhi kesehatan, terutama pada kelompok usia remaja, yang membutuhkan nutrisi yang khusus pada masa pertumbuhan dan perkembangan mereka. Remaja yang tidak memenuhi kebutuhan gizi yang seimbang bisa mengalami rendahnya zat gizi dalam tubuh, salah satu faktor yang menyebabkan banyak remaja memilih makanan cepat saji. Remaja memerlukan lebih banyak protein, vitamin, dan mineral dari setiap energi yang dikonsumsi, dan kebiasaan makanan cepat saji atau junk food dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti obesitas, diabetes, hipertensi, dan gangguan lemak darah.
Faktor-faktor seperti pengetahuan gizi yang kurang, ajakan teman sebaya, tempat berkumpul bersama, pelayanan yang cepat dan praktis, rasa yang enak, harga murah, serta brand dari suatu restoran cepat saji juga mempengaruhi perilaku remaja dalam hal konsumsi makanan cepat saji. Namun, konsumsi makanan cepat saji secara berlebihan memiliki dampak buruk bagi kesehatan, terutama pada remaja. Dampak tersebut termasuk obesitas, meningkatnya faktor risiko hipertensi, diabetes, kanker, penyakit jantung, dan stroke.
Menurut Direktorat Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI 2023, makanan cepat saji memiliki dampak negatif bagi remaja, sementara Anonim (2021), Poltekes, Kementerian Kesehatan RI, menyoroti faktor-faktor penentu gizi pada remaja. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk lebih memperhatikan pola makan dan tidak mengonsumsi makanan cepat saji secara berlebihan.