Kenaikan kasus kanker darah di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menjadi perhatian penting bagi masyarakat. Data terbaru dari Global Cancer Observatory (Globocan) pada 2022 mencatat jumlah kasus baru leukemia mencapai 13.959 kasus, menjadikannya jenis kanker darah yang paling umum terjadi di Indonesia, diikuti oleh multiple myeloma dengan 3.289 kasus, dan limfoma hodgkin dengan 1.294 kasus. Menurut Dokter Nadia Ayu Mulansari, spesialis hematologi onkologi medik di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, antrean pasien kanker darah terus meningkat setiap harinya.
Dilansir dari CNN Indonesia, kondisi ini memicu perhatian tambahan terhadap kesadaran masyarakat terhadap penyakit ini. Dokter Nadia menjelaskan bahwa karakteristik usia penderita untuk ketiga jenis kanker darah tersebut berbeda-beda. Pasien multiple myeloma biasanya berusia di atas 50 tahun, sementara leukemia sering terjadi pada usia muda, bahkan pada anak-anak. Untuk limfoma, distribusinya lebih merata antara pasien muda dan lanjut usia.
Nadia juga menyoroti pentingnya kesadaran akan gejala awal kanker darah, seperti mudah lelah, pucat, demam berulang, atau mimisan. Pengetahuan ini sangat penting untuk deteksi dini dan pengobatan yang lebih efektif. Upaya untuk memperluas akses layanan hematologi onkologi juga menjadi fokus dalam menangani kanker darah di berbagai daerah, terutama yang masih kekurangan fasilitas medis yang memadai.
Data dari Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa jumlah penderita kanker darah di dunia mencapai lebih dari 400.000, dengan lebih dari 10 ribu di antaranya adalah anak-anak. Sementara itu, jumlah kasus kanker secara keseluruhan di Indonesia juga mengalami peningkatan signifikan. Pada tahun 2022, tercatat 408.661 kasus baru dengan angka kematian mencapai 242.099 jiwa. Kesadaran, deteksi dini, dan akses terhadap layanan kesehatan yang memadai menjadi kunci dalam penanggulangan dan peningkatan kondisi penderita kanker darah di Indonesia.