Kasus perjokian dalam sejumlah seleksi di Sulawesi Selatan (Sulsel) masih terus terjadi, termasuk dalam proses seleksi masuk perguruan tinggi, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan kepolisian. Baru-baru ini, terungkap sindikat kasus perjokian seleksi masuk Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar yang melibatkan anggota pengawas ujian. Selain itu, praktik perjokian juga terbongkar dalam seleksi penerimaan Bintara Polri di wilayah Polda Sulsel menggunakan aplikasi kecerdasan buatan, ChatGPT.
Informasi yang beredar menunjukkan bahwa lebih dari sepuluh personel Bintara baru terlibat dalam kasus perjokian tersebut. Mereka merupakan bagian dari panitia pengawasan ujian di beberapa SMK di Kota Makassar. Para peserta seleksi diduga membayar sejumlah uang kepada joki untuk bantuan tersebut, dengan besaran tarif bervariasi antara Rp5 juta hingga Rp10 juta.
Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Didik Supranoto, mengkonfirmasi bahwa oknum yang terlibat telah diperiksa. Namun, Didik belum memberikan informasi lebih lanjut mengenai jumlah oknum yang diperiksa terkait dugaan joki. Meskipun Casis yang diduga menggunakan jasa joki telah didiskualifikasi, permasalahan tersebut tidak sama dengan kasus penggantian peserta test seperti di Unhas Makassar. Hal ini karena joki memberitahu jawaban peserta test dengan mencari jawaban di ChatGPT.