Jenazah Paus Fransiskus menjalani proses pengawetan dengan teknik tanatopraksi, kemudian disemayamkan di Basilika Santo Petrus untuk memberikan penghormatan terakhir. Proses pemeliharaan jenazah ini bukanlah metode mumifikasi, melainkan menggunakan teknik pengawetan tubuh untuk menampilkan jenazah secara umum. Tanatopraksi bertujuan memperlambat proses pembusukan, menjaga kebersihan, dan memberikan penampilan alami pada jenazah selama beberapa hari.
Prosedur tanatopraksi melibatkan penyuntikan cairan pengawet, pembersihan tubuh secara menyeluruh, serta riasan dan penataan wajah untuk memberikan kesan damai. Dalam sejarah Gereja Katolik, penggunaan tanatopraksi sudah berlangsung selama berabad-abad untuk alasan spiritual, praktis, dan tuntutan penghormatan publik. Metode ini lebih disukai daripada pembalsaman yang lebih invasif, yang menggunakan zat-zat kimia merusak tubuh manusia.
Dengan adopsi tanatopraksi, jenazah Paus Fransiskus dapat dipamerkan secara publik sebelum pemakamannya pada Sabtu. Teknik pengawetan tubuh ini juga telah diatur oleh undang-undang di Italia sebagai evolusi modern dari pembalsaman. Selain menghormati tubuh manusia, tanatopraksi juga memungkinkan jenazah dipertahankan dalam kondisi yang layak untuk dilihat selama beberapa hari.