Sejak matahari pagi belum menampakkan sinarnya, halaman Balai Kota DKI Jakarta telah dibanjiri ratusan warga yang berdiri dengan map coklat berisi harapan. Mereka bermacam-macam, mulai dari pemuda lulusan SMA, mantan pekerja pabrik, hingga ibu rumah tangga, semua bersatu dengan tujuan yang sama yaitu mencari kesempatan untuk bekerja sebagai Petugas Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) dengan gaji mencapai Rp 5.300.000, sesuai Upah Minimum Kota Jakarta. Tanpa karpet merah, hanya lantai trotoar yang menjadi alas mereka berdiri dengan antusias. Pedagang minuman datang menjajakan dagangannya kepada para pelamar yang haus dan lelah menunggu berjam-jam.
Dalam map berisi surat lamaran, para pencari kerja mengisi daftar riwayat hidup dengan tangan mereka, melampirkan fotokopi ijazah, surat kesehatan, dan hasil tes narkoba. Bukannya untuk posisi tinggi dalam perusahaan besar, melainkan untuk menjadi bagian dari tim PPSU, pekerja lapangan berseragam oranye yang membersihkan jalanan Jakarta. Misalnya, Muhammad Ihda Rohmanu, seorang pemuda berusia 22 tahun yang sebelumnya bekerja di restoran dan gudang Shopee, sekarang mencoba peruntungan menjadi bagian dari tim PPSU DKI Jakarta.
Kisah serupa dialami oleh Mario Mulyono, mantan pekerja pabrik yang kini menjadi ojek online, berharap bahwa menjadi bagian dari PPSU bisa mengubah nasibnya. Namun, alur pendaftaran yang belum jelas menjadi hambatan baginya. Disamping itu, sebagian besar pelamar melamar PPSU bukan sebagai pilihan pertama, tetapi satu-satunya opsi yang tersisa. Sebagian di antaranya, seperti Siti Zulfa dan Karina, datang sejak dini pagi demi kesempatan ini.
Balai Kota DKI Jakarta mengalami kesulitan menghadapi tingginya antusiasme warga. Pemprov DKI Jakarta sedang menyusun sistem online agar pelamar dapat mengajukan lamaran tanpa harus datang langsung ke Balai Kota. Selain itu, Pemprov juga mendorong warga untuk mengakses kanal resmi lowongan kerja di situs www.jakarta.go.id/loker untuk memudahkan proses pendaftaran. Di tengah hiruk-pikuk antrean dan birokrasi, harapan tetap menyala di hati para pencari kerja, mereka memiliki keinginan kuat untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat membantu keluarga mereka. Semua itu merupakan bagian dari proses menghadapi ketidakpastian ekonomi dan segala cobaan dalam kehidupan untuk bertahan.