Thursday, April 24, 2025
HomeGaya HidupPrediksi PBB: Kenaikan Angka Kematian Ibu Hamil, Penyebabnya?

Prediksi PBB: Kenaikan Angka Kematian Ibu Hamil, Penyebabnya?

Pengurangan anggaran untuk bantuan kesehatan global diperkirakan akan meningkatkan angka kematian ibu hamil dan melahirkan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan peringatan ini dalam laporan terbaru yang diterbitkan bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan lembaga lainnya, seperti yang dikutip oleh Reuters. Laporan menyebutkan bahwa angka kematian ibu secara global mengalami penurunan sebesar 40% dari tahun 2000 hingga 2023, dikarenakan peningkatan akses terhadap layanan kesehatan yang esensial.

Namun, capaian penurunan angka kematian ibu ini kini berpotensi terancam karena pemangkasan dana bantuan luar negeri, seperti kebijakan Amerika Serikat yang menghentikan pendanaan dari USAID untuk berbagai program. Lainnya Negara-negara donor, termasuk Inggris, juga mengumumkan rencana pemotongan anggaran bantuan kesehatan. WHO menyatakan bahwa pemangkasan dana ini tidak hanya bisa menghentikan kemajuan, tetapi juga dapat memperburuk situasi kesehatan global dengan efek yang dapat diibaratkan sebagai pandemi.

Dalam laporan tersebut, WHO mencatat bahwa pemotongan anggaran sudah berdampak negatif, seperti pengurangan tenaga medis, penutupan fasilitas kesehatan, dan kelangkaan obat-obatan penting untuk pendarahan dan preeklamsia. Hal ini berimbas pada berkurangnya layanan kesehatan untuk ibu, bayi baru lahir, dan anak-anak di banyak negara. Meskipun ada kemajuan dalam menurunkan angka kematian ibu, data menunjukkan bahwa satu perempuan meninggal setiap dua menit akibat komplikasi kehamilan atau persalinan. Penyebab utama meninggalnya ibu ini sebenarnya dapat dicegah dan diobati, namun masih terjadi sekitar 260.000 kematian perempuan setiap tahunnya.

Pandemi COVID-19 juga memberikan dampak buruk, di mana pada tahun 2021 terdapat peningkatan kematian ibu sebanyak 40.000 kasus akibat kehamilan atau persalinan. Total kematian ibu pada tahun tersebut mencapai 322.000 kasus. Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan bahwa meskipun ada harapan, namun data menunjukkan betapa bahayanya kehamilan di berbagai negara saat ini, padahal solusinya telah ada.

Source link

BERITA TERKAIT

berita populer