Pada akhirnya, kita semua menginginkan untuk memahami dan meresapi Kesejatian dalam diri manusia. Menjadi manusia sejati yang mengalami puncak spiritualitas, merenungkan esensi kemanusiaan, dan memenuhi fungsi kekhalifaan. Dalam menjelajahi diri yang sesungguhnya, seperti kertas putih yang belum terjamah, kita ingin memahami hakekat diri seperti bibir yang senantiasa tersenyum, tangan yang siap menolong, mata yang penuh persahabatan, dan jiwa yang inklusif terhadap perbedaan.
Namun, di tengah arus perubahan zaman, seringkali kesibukan medsos menggantikan kesempatan untuk merenungi diri. Kecanduan game online, kesibukan dengan gawai, dan kecenderungan untuk lebih dekat dengan keluarga online daripada keluarga nyata, semakin menjauhkan kita dari keaslian diri. Begitu pula dengan nilai-nilai luhur seperti silaturahim, kesederhanaan, dan kejujuran, yang terlupakan dalam dunia maya yang semu.
Momentum Idulfitri hadir sebagai panggilan untuk kembali kepada kesejatian diri. Di mana puasa yang dijalani dengan penuh makna seperti menyajikan kertas putih yang baru, membersihkan energi diri yang terkotori. Di momen yang fitri ini, mari bersama-sama berbenah dan memperbaiki arah menuju keadaan yang lebih baik. Sebagai makhluk yang tidak luput dari kesalahan, semoga selalu dijaga di jalan yang lurus, terlindungi dari godaan yang melalaikan. Selamat Idul Fitri untuk semua, semoga proses pemurnian dan pembaharuan terus terjadi dalam diri kita, dan semoga keberkahan selalu menyertai langkah kita.