Kisah tentang kesalehan kodrati yang diajarkan oleh Rasulullah saw. kepada keluarganya, terutama melalui Hasan dan Husain cucu beliau, memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya berbuat baik kepada sesama. Dalam kisah tersebut, Ali dan Fatimah membuat nazar untuk berpuasa tiga hari berturut-turut jika Hasan dan Husain sembuh dari sakit mereka. Ketika mereka berbuka di hari pertama, seorang miskin datang meminta makanan, dan keluarga Nabi memberikan apa yang mereka punya, berbuka hanya dengan segelas air. Hal yang sama terjadi pada hari kedua dan hari ketiga, di mana Hasan dan Husain hanya berbuka dengan minum air setelah memberikan makanan kepada yang membutuhkan.
Pada hari keempat, Nabi melihat Hasan dan Husain dalam keadaan sangat lapar, hingga Fatimah terlihat sangat kurus karena kehabisan makanan. Hal ini menyentuh hati Nabi sehingga Jibril pun turun dengan wahyu surah Al-Insan. Kisah ini mengajarkan bahwa tindakan kebaikan kepada sesama memiliki dampak yang luas dan memperlihatkan sifat kesalehan sejati, yang bukan hanya dilakukan untuk pamer atau kepentingan tertentu, tetapi sebagai bentuk kebaikan yang tulus.
Kesalehan kodrati diilustrasikan dalam memberi makan kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan, tanpa memandang status sosial, agama, atau etnis. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi yang memuji orang yang memberi makan kepada sesamanya. Kesalehan sejati tidak hanya menyejahterakan diri sendiri, tetapi juga memberikan kebahagiaan kepada orang lain, sesuai pesan Nabi bahwa keimanan tidak lengkap jika saudara kita tidur lapar sementara kita kenyang. Menjadi baik kepada orang miskin adalah bagian dari misi kenabian, seperti yang diajarkan Rasulullah kepada Aisyah bahwa mencintai dan membantu orang miskin akan mendatangkan berkah dari Allah. Kesalehan sejati bukanlah sekadar tindakan kosong, tapi berasal dari hati yang tulus dan ikhlas.