Penampilan merupakan salah satu hal terpenting yang memberikan kesan pertama bagi setiap individu, termasuk dalam lingkup profesional dan dunia kerja. Meskipun penilaian terhadap penampilan bersifat relatif, tetapi kenyataannya menunjukkan bahwa penampilan menarik atau good looking memiliki keuntungan tersendiri. Konsep ini dikenal sebagai beauty privilege atau lookism dalam ilmu psikologi, yang mengindikasikan adanya diskriminasi berdasarkan penampilan fisik seseorang.
Berbagai riset telah membuktikan bahwa individu dengan penampilan menarik lebih berpeluang sukses dalam berbagai aspek kehidupan, seperti asmara, ekonomi, dan karier. Bahkan dalam dunia kerja, terdapat studi yang menunjukkan bahwa pelamar kerja dengan penampilan menarik memiliki peluang lebih besar untuk dipilih dalam tahapan rekrutmen dibandingkan dengan yang memiliki penampilan biasa atau tidak melampirkan foto. Masyarakat cenderung memberikan perlakuan yang berbeda terhadap individu yang good looking, baik dalam industri hiburan maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Fenomena ini tidak terlepas dari pandangan subjektif masyarakat terhadap kecantikan dan keindahan. Standar kecantikan yang ditetapkan oleh masyarakat secara tidak langsung memengaruhi persepsi terhadap individu, sehingga tercipta klasifikasi antara orang menawan dan tidak menawan. Efek Halo juga turut berperan dalam hal ini, di mana kesan positif terhadap penampilan fisik seseorang dapat mempengaruhi pandangan keseluruhan terhadap individu tersebut.
Meskipun masih terdapat kontroversi seputar fenomena ini, sulit untuk menghilangkan pandangan bahwa good looking individuals cenderung mendapatkan perlakuan yang lebih menguntungkan. Hal ini juga dipengaruhi oleh psikologis bawah sadar manusia yang cenderung mengasosiasikan penampilan fisik dengan sifat-sifat positif lainnya. Dengan demikian, penting bagi masyarakat untuk lebih memahami bahwa penilaian seseorang sebaiknya tidak hanya berdasarkan pada penampilan fisik semata.