Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan asmara di era modern seringkali membingungkan, terutama bagi para milenial. Hal ini terungkap dari pengalaman Aldo, seorang arsitek sukses yang masih melajang meskipun telah berusia 35 tahun. Meskipun harapan untuk menikah tetap ada, Aldo lebih memilih fokus pada karirnya daripada urusan asmara.
Banyak milenial lainnya juga mengalami kesulitan dalam mencari pasangan hidup, seperti yang terjadi pada Nia, seorang manager berusia 35 tahun. Meski aktif menggunakan aplikasi kencan online, Nia belum menemukan pasangan yang cocok. Bahkan, dia rela membayar lebih dari Rp20 juta untuk mendaftar di biro jodoh profesional demi mendapatkan layanan konsultan kencan.
Namun, tidak semua orang merasa bahwa aplikasi kencan online adalah solusi instan untuk menemukan cinta sejati. Sebagian besar pengguna merasa bahwa aplikasi tersebut justru memunculkan masalah baru, seperti ghosting dan situationship. Hal ini membuat banyak orang merasa traumatis dan kecewa dalam mencari pasangan melalui aplikasi tersebut.
Menariknya, faktor ekonomi bukanlah hal utama yang memengaruhi keputusan para jomblo untuk tidak menikah. Banyak dari mereka yang merasa mandiri secara finansial dan lebih memilih fokus pada karir daripada terburu-buru menikah. Psikolog klinis Rebeka Pinaima menyoroti sulitnya membangun hubungan yang bermakna di era digital, di mana percakapan cenderung bersifat superifisial.
Tidak heran jika banyak orang mengalami dating fatigue, atau kelelahan dalam mencari pasangan melalui aplikasi kencan. Hal ini terjadi karena terlalu banyak pilihan yang membuat orang sulit untuk membuat keputusan. Namun, ada juga yang melihat status jomblo sebagai sesuatu yang positif, seperti yang diungkapkan oleh Tanti yang merasa statusnya memberikan nilai plus bagi karirnya.
Saran dari Rebeka adalah untuk fokus pada pengembangan diri dan membangun kepercayaan diri. Menyadari bahwa menikah bukanlah kompetisi dan menjadi independen secara emosional dapat membantu seseorang untuk merasa nyaman dengan dirinya sendiri. Dengan demikian, menjadi jomblo di usia matang bukanlah momok yang menakutkan, melainkan kesempatan untuk berkembang dan bahagia.