Pernah terbersit dalam pikiran Anda kenapa begitu banyak masyarakat keturunan China sukses sebagai pengusaha? Ternyata, ada faktor-faktor yang melatarbelakangi hal tersebut. Melalui penelitian yang dilakukan oleh John Kao dari Harvard Business Review, ditemukan bahwa tradisi Konfusianisme memiliki pengaruh besar dalam bisnis para pengusaha keturunan Tionghoa. Konfusianisme dikenal sebagai paham yang menekankan keharmonisan antarindividu untuk hidup saling mengasihi, dan hal ini berlaku dalam zona kebudayaan China hingga negara-negara tetangganya.
Dalam penelitian tersebut, sebagian besar dari 150 pengusaha yang diwawancara merupakan generasi pertama imigran yang melarikan diri dari China saat kondisi perang dahulu. Mereka kebanyakan pernah mengalami kehilangan rumah, kekayaan, dan dampak dari bencana politik seperti revolusi kebudayaan. Namun, mentalitas bertahan dan penyintas sejarah kelam China telah membentuk karakter mereka menjadi pekerja keras dan ulet.
Nilai-nilai Konfusianisme masih sangat dipegang teguh oleh masyarakat keturunan Tionghoa, termasuk dalam mengelola bisnis. Mereka cenderung mengelola perusahaan seperti kaisar yang memimpin kerajaannya, di mana aset bisnis biasanya diwariskan kepada anggota keluarga. Pepatah Tiongkok kuno, “Lebih baik menjadi kepala ayam daripada menjadi ekor sapi besar,” menjadi pegangan sebagian besar pengusaha keturunan Tionghoa, yang lebih memilih menjadi bos di bisnis kecil miliknya sendiri.
Jadi, tidaklah mengherankan jika banyak masyarakat keturunan Tionghoa, terutama generasi pertama, mendirikan bisnis berbasis barang berwujud seperti perusahaan real estate dan ekspor-impor. Industri-industri ini dapat dikelola secara efektif oleh sekelompok kecil orang dalam yang anggotanya sebagian besar berasal dari keluarga sendiri. Dengan nilai dan prinsip yang kuat, pengusaha keturunan Tionghoa terus mempertahankan keberhasilan bisnis mereka demi mencapai kesuksesan.