Sunday, February 9, 2025
HomeLainnyaTrisakti dan Kearifan Lokal: Pilar Ketahanan Pangan di Indonesia

Trisakti dan Kearifan Lokal: Pilar Ketahanan Pangan di Indonesia

Topik ketahanan pangan selalu menjadi perbincangan sejak zaman Presiden Soekarno hingga Presiden Prabowo Subianto. Bahkan Presiden Sukarno pernah mengatakan: “Pangan merupakan soal mati-hidupnya suatu bangsa; apabila kebutuhan pangan rakyat tidak dipenuhi maka malapetaka; oleh karena itu perlu usaha secara besar-besaran, radikal, dan revolusioner.

Ketahanan Pangan memiliki dimensi yang kompleks. FAO, Badan Pangan Dunia, mendefinisikan ketahanan pangan sebagai “keadaan ketika semua orang, kapan saja, memiliki akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap pangan yang cukup, aman, dan bergizi sesuai kebutuhan mereka demi kehidupan yang aktif dan sehat.”

Pemerintah Indonesia, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan, mendefinisikan ketahanan pangan sebagai “kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.”

Dari definisi tersebut, Ketahanan Pangan mencakup empat dimensi utama: Ketersediaan, Akses, Pemanfaatan, dan Stabilitas.

Andy Utama, pendiri Arista Montana Organic Farm, mengajukan pertanyaan kritis terkait kemandirian pangan. Apakah kita cukup berdaulat atas pangan? Mampukah kita mandiri dalam hal pangan? Apakah kita memiliki identitas yang kuat dalam budaya pangan, terkait cara penyediaan dan pengolahan pangan kita?

Mari kita telaah data dari 3 komoditas penting. Konsumsi gandum nasional mencapai angka 8,6 juta ton, tanpa sebutir gandumpun ditanam di Indonesia. Sementara import kedelai nasional mencapai 2.162 ton, dan beras 2,9 juta ton untuk tahun 2024. Dari data tersebut, jelas terlihat bahwa Indonesia masih sangat bergantung pada impor pangan dari luar negeri. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih belum mencapai kemandirian pangan.

Ketahanan Pangan Berbasis Kearifan Lokal

Mengapa nusantara bisa bertahan selama berabad-abad? Bahkan mampu membangun peradaban yang unggul di masa silam. Tentu salah satu jawabannya adalah karena mempunyai ketahanan pangan yang senantiasa terjaga.

Dalam diskusi dengan komunitas Baduy, Andy Utama menyatakan bahwa banyak teknologi ketahanan pangan dari masyarakat adat nusantara layak untuk dipelajari dan diterapkan. Suku Baduy di Jawa Barat memiliki ketahanan pangan hingga 100 tahun, dengan menyimpan padi huma di lumbung-lumbung. Sistem pertanian mereka menjaga dengan penuh kasih sayang 15 varietas padi lokal selama berabad-abad yang terus ditanam hingga kini. Masyarakat Baduy tidak pernah khawatir akan kelaparan. Mereka memiliki kemandirian, martabat, dan peradaban yang tinggi terkait sistem produksi dan ketahanan pangan. Mereka tidak hanya fokus pada penyediaan pangan, tetapi juga mempertimbangkan keseimbangan dan kelestarian alam.

Desa Tenganan Pegringsingan di Karangasem Bali juga memberikan contoh tentang ketahanan pangan dengan tetap menjaga kelestarian alam. Meskipun memiliki luas yang besar, hanya sebagian kecil dari desa itu yang diperuntukkan untuk pemukiman. Sebagian besar lahan dijadikan hutan dan persawahan. Dengan jumlah penduduk yang tidak terlalu besar, mereka dapat mandiri dan menghadapi berbagai krisis yang terjadi di luar desa mereka.

Di berbagai komunitas adat nusantara, masih banyak contoh tentang peradaban yang mendukung ketahanan pangan. Dengan pemahaman dan praktik yang tepat, kita dapat menciptakan model kebudayaan ketahanan pangan yang dapat diterapkan di daerah lain sesuai dengan kebutuhan alam dan masyarakat setempat, tanpa merusak lingkungan.

Andy Utama menutup diskusi dengan informasi bahwa Arista Montana akan membangun lumbung padi di perkebunan organik sesuai dengan tata cara masyarakat Baduy. Penting bagi kita untuk memulai dari hal-hal kecil yang nyata, mulai dari diri sendiri, dan belajar dari kearifan lokal dengan tulus hati. [jw]

Sumber: Ketahanan Pangan, Trisakti, Dan Kearifan Masyarakat Adat
Sumber: Ketahanan Pangan, Trisakti, Dan Kearifan Masyarakat Adat

BERITA TERKAIT

berita populer