Monday, December 9, 2024
HomeGaya HidupTerungkap, Ternyata Ini Alasan Jarang Ada AC di Prancis

Terungkap, Ternyata Ini Alasan Jarang Ada AC di Prancis




Jakarta, CNBC Indonesia – Memasuki pekan kedua pelaksanaan Olimpiade Paris 2024, sudah banyak drama yang tercipta di tengah para atlet. Salah satu drama yang muncul selama Olimpiade Paris 2024 adalah Prancis yang memasuki musim panas dan tidak ada AC alias pendingin ruangan.

Sebagai contoh, para atlet perwakilan Amerika Serikat (AS) dan Indonesia kompak memutuskan untuk membawa AC Portable ke dalam kamar di Desa Atlet saking panasnya cuaca di Prancis.

Dalam video yang diunggah melalui akun TikTok resmi Kontingen Indonesia (@timindonesiaofficial), para ofisial dan relawan tampak membawa beberapa unit AC Portable untuk diletakkan di kamar para atlet Indonesia.

“Halo, kali ini kita lagi di athlete village, mau pasang AC untuk atlet-atlet kita di kamarnya mereka. AC-nya AC portable dan kita dibantu volunteer,” ujar ofisial Tim Indonesia, dikutip Kamis (8/8/2024)

“Karena cuaca di Paris lagi musim panas makanya kita butuh AC,” lanjutnya.

Tak hanya itu, atlet cabang olahraga (cabor) renang asal Italia, Thomas Ceccon pun bahkan rela tidur di taman area komplek hanya dengan beralaskan handuk agar tidak merasa kepanasan di kamar.

Ceccon mengaku bahwa ia kecewa dengan buruknya fasilitas di Desa Atlet Olimpiade Paris 2024. Sebab, ia tak bisa beristirahat karena kondisi yang panas, bising, dan tempat tidur yang keras.

“Tidak ada AC di kamar, cuacanya panas, makanannya tidak enak. Banyak atlet pindah karena alasan ini. Ini bukan alibi atau alasan, ini kenyataan yang mungkin tidak diketahui semua orang,” ungkap Ceccon, dikutip dari The Sun.

“Saya kecewa karena tidak lolos ke babak final, tetapi saya terlalu lelah. Sulit untuk tidur baik di malam hari maupun di siang hari. Di sini, saya benar-benar berjuang melawan panas dan kebisingan,” sambungnya.

Lantas, mengapa tidak ada kamar di kamar para atlet selama di Prancis?

Sebelumnya, Direktur Desa Olimpiade dan Paralimpiade Paris 2024, Laurent Michaud mengungkapkan bahwa beberapa bangunan di Desa Atlet memiliki lantai dasar dengan AC tradisional. Tempat tinggal atlet disebut menggunakan “pendingin panas bumi” sebagai pengganti AC.

Sistem ini diklaim mengambil  air yang didinginkan hingga 4 derajat Celsius dari sumur sedalam 70 meter di bawah tanah di pembangkit listrik tenaga panas bumi terdekat dan menyalurkannya ke pipa di bawah lantai setiap bangunan.

Michaud mengatakan, air dingin tersebut mampu mendinginkan gedung sebesar 6 hingga 10 derajat Celcius dibandingkan suhu di luar.

Meskipun sistemnya akan dikontrol di tingkat gedung, setiap apartemen memiliki alat kontrol yang memungkinkan mereka menurunkan atau menaikkan suhu sebesar 2 derajat Celcius di setiap unit. Sistem ini juga akan memanaskan apartemen di musim dingin.

Selain alasan keberlanjutan bagi pihak penyelenggara Olimpiade Paris 2024, ternyata negara-negara di Eropa memang tidak menggunakan AC karena budaya dan faktor iklim di benua tersebut.

Melansir dari The Washington Post, selama ini sebagian besar warga Eropa menganggap bahwa AC adalah barang mewah yang tidak perlu dan hal yang dapat “merusak” Bumi. Maka dari itu, mereka memilih untuk menggunakan kipas angin tangan, membasahi handuk, atau menggunakan es batu saat musim panas tiba.

Selama beberapa dekade, para pemimpin dan cendekiawan di Eropa mencemooh ketergantungan Amerika Serikat (AS) terhadap penggunaan AC. Seiring dengan cemooh tersebut, diperkirakan hanya tiga persen rumah di Jerman dan kurang dari lima persen rumah di Prancis dan Inggris yang memiliki unit AC.

“AC mencemari, sering kali terlalu dingin, udaranya palsu. AC membuat Anda sakit dan pusing. AC membuat Anda tetap berada di dalam ruangan dan membuat saya merasa seperti buah prem tua,” ujar salah satu warga Prancis, dikutip dari Slate.

Sebagian besar alasannya adalah secara historis, negara-negara di Eropa memiliki musim panas yang hangat dan tidak sepanas di Amerika Selatan. Bahkan pada hari-hari yang sangat panas, udara di Roma, Italia diklaim tidak lembap seperti di Seoul, Korea Selatan; Tokyo, Jepang; atau Washington, AS.

Melansir dari Slate, warga Prancis juga ogah membeli AC karena merasa sudah memilikinya di mobil dan kantor. Terlebih, ada pajak 20 persen untuk penggunaan AC di Prancis.

Selain itu, musim panas di Eropa tergolong cukup jarang, biasanya hanya dari Juni hingga Agustus. Selama musim panas, warga Eropa cenderung memutuskan untuk berlibur sehingga tidak merasakan panas di dalam rumah.

Lalu, banyak rumah di Eropa yang memiliki sistem adaptasi ramah iklim, seperti penutup jendela eksternal yang menghalangi sinar matahari dari jendela atau gerbang antipanas yang dapat digulung.

Selain itu, Oui in France mengungkapkan bahwa warga Prancis cenderung membuka jendela rumah jika merasa kepanasan. Mereka menilai, membuka jendela pada malam hari dapat membuat rumah terasa lebih sejuk.

Sementara itu pada siang hari, masyarakat Prancis akan menutup jendela. Dengan demikian, suasana di dalam ruangan akan cenderung lebih teduh.

Selain itu, orang Prancis percaya bahwa mereka lebih unggul secara genetik, yakni memiliki mekanisme pendinginan tubuh yang lebih baik. Tak hanya itu, mereka juga menyebut telah beradaptasi dengan lingkungan tanpa AC.

(rns/rns)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Jin BTS Bawa Obor Olimpiade Paris 2024




Next Article



Cathay Kasih Tiket Unlimited Setahun untuk Peraih Medali Olimpiade



Source link

BERITA TERKAIT

berita populer